Shufi

Penamaan shufi tidak ditemukan secara pasti, dari kata apa asalnya. Ada perbedaan-perbedaan pendapat mengenai asal kata shufi ataupun tasawuf. Ibnu Taimiyah menyebutkan sebagian perbe­daan-perbedaan yang ada sebagai berikut.

Dikatakan bahwa lafal shufi itu dinisbatkan (disandarkan) kepada ahli shofah (penghuni lorong dekat masjid Nabi). Ini tidak benar, karena kalau demikian maka pasti disebut shofiy.

Ada pula yang berpendapat, shufi itu dinisbatkan kepada shof depan di hadapan Allah. Ini pun salah, karena namanya jadi shofiy juga.

Konon ada yang menisbatkan shufi kepada Shufah bin Basyar bin Thanjah, satu kabilah dari Bangsa Arab, mereka bertetangga dengan Makkah dari zaman dahulu kala. Dinisbatkanlah orang-orang ahli ibadah (nassak) kepada mereka. Ini, walaupun sesuai untuk penisbatan dari segi lafal yaitu tepat jadi “shufi” namanya, namun penisbatan ini lemah juga. Karena mereka itu tidak terkenal dan tidak populer bagi kebanyakan ahli ibadah. Dan seandainya ahli ibadah itu dinisbatkan kepada mereka maka pastilah penisba­tan ini sudah ada pada zaman sahabat dan tabi’in serta para pengikut mereka yang pertama. Dan lagi pada umumnya orang-orang yang berbicara mengenai nama shufi itu tidak mengetahui kabilah ini, dan tidak suka kalau dinisbatkan kepada kabilah yang ada di zaman jahiliyah dan tidak ada di zaman Islam.

Dan dikatakan –ini terkenal– bahwa shufi itu dinisbatkan kepada pakaian as-shuf/ bulu domba/ wool. (Majmu’ Al-Fatawa oleh Ibnu Taimiyah 11/6 dan lihat 10/510 -20/150, As-Sufiyah `Aqidah wa Ahdaf oleh Laila binti `Abdillah, Darul Wathan, Riyadh, cet I, hal 1410H, hal 10-11).

Asal kata shufi dari pakaian shuf (bulu domba) ini dikuatkan oleh Ibnu Taimiyah, karena kenyataan yang ada pada masa Ibnu Taimiyah adalah mereka memakai pakaian kasar (bulu domba), seba­gai pengakuan untuk zuhud (menahan diri dengan tidak cinta dunia), dan menampakkan kesederhanaan dan kemelaratan hidup di samping menahan diri dari berhubungan dan minta-minta pada orang, dan mencegah diri dari air dingin dan makan daging. Demikian pula mereka meninggalkan nikah. Sehingga perbuatan mereka tidak sesuai dengan zuhud (tidak serakah) yang disyari’atkan.

Nabi SAW telah mengingkari orang yang ingin mendekatkan diri kepada Allah dengan mencegah diri dari makan daging atau nikah. seperti Hadits yang telah datang dalam kitab Shahihain (Bukhari dan Muslim) dari Anas bin Malik, ia berkata:

“Ada satu kelompok sahabat yang datang ke rumah Nabi saw untuk menanyakan kepada isteri-isteri beliau tentang ibadah beliau. Setelah mereka diberitahu keadaan ibadah beliau, seolah-olah mereka menganggap ibadah itu masih terlalu sedikit. Kemudian mereka berkata-kata satu sama lain, lalu mereka bertanya, di mana posisi kita dibandingkan dengan Rasulullah saw padahal Allah telah mengampuni dosa beliau, baik yang terdahulu maupun yang akan datang? Lalu salah seorang dari mereka berkata: “Saya akan puasa sepanjang tahun dan tidak akan berbuka.” Yang kedua menga­takan: “Saya akan bangun (shalat) malam dan tidak tidur.” Yang ketiga berkata: “Saya akan menjauhi wanita dan tidak akan kawin selama-lamanya.” Lalu Rasulullah saw datang kepada mereka seraya bersabda:

“Kamukah yang telah berkata begini dan begitu tadi? Ketahui­lah, demi Allah, akulah orang yang paling takut kepada Allah di antara kalian dan yang paling bertaqwa kepada-Nya, tetapi aku berpuasa dan berbuka, shalat dan tidur, dan kawin dengan perem­puan. Maka barangsiap yang membenci sunnahku bukanlah ia dari golonganku.” (HR Bukhari dan lainnya).

Ibnu Taimiyah dalam menguatkan shuf (bulu domba) sebagai sebab penamaan shufi adalah karena mereka terkenal dengan pakaian shuf (bulu). Itu hanyalah menyebutkan gejala mereka pada masa itu dan sebelumnya, yaitu pakaian shuf untuk menampakkan zuhud. Tetapi ada pendapat lain tentang penamaan itu menunjukkan sebagian pemikiran mereka, yaitu pemikiran yang kembali kepada pemikiran-pemikiran kuno seperti yang disebutkan oleh Al-Biruni Abu Ar-Rahyan yang menisbatkan tasawuf kepada kata “Sofia” Yunani yaitu hikmah (filsafat), mengingat karena saling dekatnya pendapat-pendapat antara pendapat orang-orang shufi dengan para filosof Yunani kuno. (al- Tasawuf al mansya’ wal mashadir, oleh Ihsan Ilahi Dhahir, hal 33-34).

Tasawuf itu adalah kasus yang lebih berbahaya ketimbang seka­dar pakaian kasar, bahkan merupakan pemikiran-pemikiran buatan para filosof yang masuk ikut campur dalam Islam padahal sebenar­nya jauh dari Islam, tetapi disampuli dengan cover yang menimbul­kan pengelabuan bahwa tasawuf itu termasuk dalam Islam. (As-Shufiyyah `aqidah wa ahdaf, hal 12).

Sumber: Hartono Ahmad Jaiz, Tasawuf Belitan Iblis.

Sedekah Seribu Rupiah

Setelah sholat jum’at, seperti biasa maka diedarkanlah celengan/kotak amal untuk para jemaah jum’at yang mau berwakaf. Terserah jemaah berapa uang yang mau diwakafkan/disedekahkan yang penting ikhlas.

Tersebutlah orang yang bernama Amat. Orang terpandang dan kaya raya dikampungnya namun pelitnya minta ampun. Ketika celengan telah sampai didepannya, segera ia mengambil uang dikantung celananya. Dasar pelit bin kikir, Amat cuma berwakaf seribu rupiah.

Tiba-tiba dari arah belakang ada orang yang menyentuh pinggangnya. Amat pun menoleh kebelakang. Dilihatnya seorang kakek tua berpakaian lusuh tapi bersih mengasihkan uang seratus ribu kepadanya. Amat pun mengambil uang itu dan memasukannya kedalam celengan/kotak amal. Dalam hati Amat sangat malu dengan kakek itu. Walaupun miskin tapi mau berwakaf lebih besar dari dirinya yang lebih dari sekedar mampu.

Ketika sholat jum’at telah benar benar bubar Amat pun mendeketi kakek tua yang baru saja menyelesaikan sholat sunat bakda jum’at dua rakaat. Amat langsung menyalami dan mencium tangan kakek itu.

“Saya sangat terharu sama kakek. Walaupun kurang mampu tapi mau berwakaf dalam jumlah yang sangat besar. Tidak seperti saya yang hanya berwakaf ala kadarnya,” kata Amat dengan mata berkaca kaca penuh haru.

“Siapa yang berwakaf seratus ribu? Itu tadi duit anak yang jatuh ketika anak merogoh kantung celana,” kata kakek tua itu sambil bangkit dari duduknya dan meninggalkan Amat seorang diri.

Amat cuma bisa melongo sambil menggaruk-garuk kepala.

13351672231883225811

Sumber

Sang Pencuri Impian

Ada seorang gadis muda yang sangat suka menari. Kepandaiannya menari sangat menonjol dibanding dengan rekan-rekannya, sehingga dia seringkali menjadi juara di berbagai perlombaan yang diadakan. Dia berpikir, dengan apa yang dimilikinya saat ini, suatu saat apabila dewasa nanti dia ingin menjadi penari kelas dunia. Dia membayangkan dirinya menari di Rusia, Cina, Amerika, Jepang, serta ditonton oleh ribuan orang yang memberi tepukan kepadanya.

Suatu hari, dikotanya dikunjungi oleh seorang pakar tari yang berasal dari luar negeri. Pakar ini sangatlah hebat dan dari tangan dinginnya telah banyak dilahirkan penari-penari kelas dunia. Gadis muda ini ingin sekali menari dan menunjukkan kebolehannya di depan sang pakar tersebut, bahkan jika mungkin memperoleh kesempatan menjadi muridnya. Akhirnya kesempatan itu datang juga. Si gadis muda berhasil menjumpai sang pakar di belakang panggung, seusai sebuah pagelaran tari. Si gadis muda bertanya “Pak, saya ingin sekali menjadi penari kelas dunia. Apakah Anda punya waktu sejenak, untuk menilai saya menari? Saya ingin tahu pendapat Anda tentang tarian saya”.

“Oke, menarilah di depan saya selama 10 menit”, jawab sang pakar. Belum lagi 10 menit berlalu, sang pakar berdiri dari kursinya, lalu berlalu meninggalkan si gadis muda begitu saja, tanpa mengucapkan sepatah katapun. Betapa hancur si gadis muda melihat sikap sang pakar. Si gadis langsung berlari keluar. Pulang ke rumah, dia langsung menangis tersedu-sedu. Dia menjadi benci terhadap dirinya sendiri. Ternyata tarian yang selama ini ia bangga-banggakan tidak ada apa-apanya di hadapan sang pakar. Kemudian dia ambil sepatu tarinya, dan dia lemparkan ke dalam gudang. Sejak saat itu, dia bersumpah tidak akan pernah menari lagi selama-lamanya.

Puluhan tahun berlalu. Sang gadis muda kini telah menjadi ibu dengan tiga orang anak. Suaminya telah meninggal. Dan untuk menghidupi keluarganya, dia bekerja menjadi pelayan dari sebuah toko di sudut jalan. Suatu hari, ada sebuah pagelaran tari yang diadakan di kota itu. Nampak sang pakar berada di antara para penari muda di belakang panggung. Sang pakar nampak tua, dengan rambutnya yang sudah putih. Si ibu muda dengan tiga anaknya juga datang ke pagelaran tari tersebut. Seusai acara, ibu ini membawa ketiga anaknya ke belakang panggung, mencari sang pakar, dan memperkenalkan ketiga anaknya kepada sang pakar. Sang pakar masih mengenali ibu muda ini, dan kemudian mereka bercerita akrab. Si ibu bertanya, “Pak, ada satu pertanyaan yang mengganjal di hati saya. Ini tentang penampilan saya sewaktu menari di hadapan Anda bertahun-tahun silam. Sebegitu jelekkah penampilan saya saat itu, sehingga Anda langsung pergi meninggalkan saya begitu saja, tanpa mengatakan sepatah katapun?” “Oh ya, saya ingat peristiwanya. Terus terang, saya belum pernah melihat tarian seindah yang kamu lakukan waktu itu. Saya rasa kamu akan menjadi penari kelas dunia. Saya tidak mengerti mengapa kamu tiba-tiba berhenti dari dunia tari”, jawab sang pakar.

Si ibu muda sangat terkejut mendengar jawaban sang pakar. “Ini tidak adil’” seru si ibu muda. “Sikap Anda telah mencuri semua impian saya. Kalau memang tarian saya bagus, mengapa Anda meninggalkan saya begitu saja ketika saya baru menari beberapa menit. Anda seharusnya memuji saya dan bukan mengacuhkan saya begitu saja. Mestinya saya bisa menjadi penari kelas dunia. Bukan hanya menjadi pelayan toko!”

Si pakar menjawab dengan tenang “Tidak …. Tidak, saya rasa, saya telah berbuat dengan benar. ANDA TIDAK HARUS MINUM ANGGUR SATU BAREL UNTUK MEMBUKTIKAN ANGGUR ITU ENAK. Demikian juga saya. Saya tidak harus menonton Anda 10 menit untuk membuktikan tarian Anda bagus. Malam itu saya juga sangat lelah setelah pertunjukkan. Maka sejenak saya tinggalkan Anda, untuk mengambil kartu nama saya, dan berharap Anda mau menghubungi saya lagi keesokan hari. Tapi Anda sudah pergi ketika saya keluar. Dan satu hal yang perlu Anda camkan, bahwa ANDA MUSTINYA FOKUS PADA IMPIAN ANDA, BUKAN PADA UCAPAN ATAU TINDAKAN SAYA. Lalu pujian? Kamu mengharapkan pujian? Ah, waktu itu kamu sedang tumbuh. PUJIAN ITU SEPERTI PEDANG BERMATA DUA. ADA KALANYA MEMOTIVASIMU, BISA PULA MELEMAHKANMU. Dan faktanya, saya melihat bahwa sebagian besar PUJIAN YANG DIBERIKAN PADA SAAT SESEORANG SEDANG TUMBUH, HANYA AKAN MEMBUAT DIRINYA PUAS DAN PERTUMBUHANNYA TERHENTI. SAYA JUSTRU LEBIH SUKA MENGACUHKANMU, AGAR HAL ITU BISA MELECUTMU UNTUK TUMBUH LEBIH CEPAT LAGI. Lagipula, pujian itu sepantasnya datang dari keinginan saya sendiri. TIDAK PANTAS ANDA MEMINTA PUJIAN DARI ORANG LAIN.”

“Anda lihat, ini sebenarnya hanyalah masalah sepele. Seandainya Anda pada waktu itu tidak menghiraukan apa yang terjadi dan tetap menari, mungkin hari ini Anda sudah menjadi penari kelas dunia.”

MUNGKIN ANDA SAKIT HATI PADA WAKTU ITU, TAPI SAKIT HATI ANDA AKAN CEPAT HILANG BEGITU ANDA BERLATIH KEMBALI. TAPI SAKIT HATI KARENA PENYESALAN ANDA HARI INI TIDAK AKAN PERNAH BISA HILANG SELAMA-LAMANYA.”

Sumber

Kata Mutiara Penggugah Semangat

Ketika satu pintu kebahagiaan tertutup, pintu yang lain dibukakan. Tetapi sering kali kita terpaku terlalu lama pada pintu yang tertutup sehingga tidak melihat pintu lain yang dibukakan bagi kita.

Mimpi tidak hanya membantu Anda berhadapan dengan kegagalan, tetapi  juga memotivasi Anda secara konstan.

Dalam hidup,terkadang kita lebih banyak mendapatkan apa yang tidak kita inginkan. Dan ketika kita mendapatkan apa yang kita inginkan, akhirnya kita tahu bahwa yang kita inginkan terkadang tidak dapat membuat hidup kita menjadi lebih bahagia

Mimpi masa kini adalah kenyataan hari esok.

Semoga kamu mendapat cukup kebahagiaan untuk membuat kamu bahagia, cukup cobaan untuk membuat kamu kuat, cukup penderitaan untuk membuat kamu menjadi manusia yang sesungguhnya, dan cukup harapan untuk membuat kamu positif terhadap kehidupan.

Anda bisa, jika Anda berpikir bisa, selama akal mengatakan bisa. Batasan apakah sesuatu masuk akal atau tidak, kita lihat saja orang lain, jika orang lain telah melakukannya atau telah mencapai impiannya, maka impian tersebut adalah masuk akal.

Jangan tertarik kepada seseorang karena parasnya, sebab keelokan paras dapat menyesatkan. Jangan pula tertarik kepada kekayaannya karena kekayaan dapat musnah. Tertariklah kepada seseorang yang dapat membuatmu tersenyum, karena hanya senyum yang dapat membuat hari-hari yang gelap menjadi cerah.

Untuk menjadi sukses, Anda harus memutuskan dengan tepat apa yang Anda inginkan, tuliskan dan kemudian buatlah sebuah rencana untuk mencapainya.

Sungguh benar bahwa kita tidak tahu apa yang kita miliki sampai kita kehilangannya, tetapi sungguh benar pula bahwa kita tidak tahu apa yang belum pernah kita miliki sampai kita mendapatkannya.

Hanya satu motivasi yang ada, yaitu Allah SWT. Adapun motivasi lainnya harus dalam rangka “karena dan/atau untuk Allah SWT.”

Harta yang paling menguntungkan ialah SABAR. Teman yang paling akrab adalah AMAL. Pengawal pribadi yang paling waspada adalah DIAM. Bahasa yang paling manis adalah SENYUM. Dan ibadah yang paling indah tentunya KHUSYUK.

Cinta terbesar dan cinta hakiki bagi orang yang beriman ialah cinta kepada Allah. Sehingga cinta kepada Allah-lah yang seharusnya menjadi motivator terbesar dan tidak terbatas.

Jangan sekali-kali kita meremehkan sesuatu perbuatan baik walaupun hanya sekadar senyuman.

Jika Allah yang menjadi tujuan, kenapa harus dikalahkan oleh rintangan-rintangan yang kecil di hadapan Allah? Jika mencari nafkah merupakan ibadah, semakin kita bekerja keras, insya Allah semakin besar pahala yang akan diberikan oleh Allah. Jika nafkah yang didapat merupakan bekal untuk beribadah, maka semakin banyak nafkah yang didapat, semakin banyak ibadah yang bisa dilakukan.

Perjalanan seribu batu bermula dari satu langkah.

Uang + Ahklaqul Karimah akan menjadi modal yang sangat berharga baik untuk Anda sendiri, maupun untuk kemajuan Umat Islam. Kejarlah keduanya.

Kalaulah Anda tidak mampu untuk menggembirakan orang lain, janganlah pula Anda menambah dukanya.

Jika niat sudah terpancang karena Allah, tidak akan ada halangan yang bisa menghentikan seseorang melakukan sesuatu. Niat karena Allah ialah motivator yang utama dan seharusnya menjadi satu-satunya motivator kita.

Lalui kesulitan dan bertakwalah, maka kemudahan pun akan datang.

Merumuskan Visi dan Misi adalah salah satu bentuk dalam mengambil keputusan, bahkan pengambilan keputusan yang cukup fundamental. Visi dan Misi Anda akan menjiwai segala gerak dan tindakan di masa datang.

Sumber

Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan

Coat of Arms of Indonesia Garuda Pancasila.svg

SALINAN

PERATURAN
MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 46 TAHUN 2009

TENTANG

PEDOMAN UMUM
EJAAN BAHASA INDONESIA
YANG DISEMPURNAKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

Menimbang : a. bahwa sebagai akibat perkembangan kehidupan masyarakat, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0543a/U/1987, perlu disempurnakan kembali;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan;
Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);
2. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 20 Tahun 2008;
3. Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004 mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 77/M Tahun 2007;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL TENTANG PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN.

Pasal 1

  1. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, dipergunakan bagi instansi pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
  2. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini.

Pasal 2

Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0543a/U/1987 tentang Penyempurnaan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 3

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 31 Juli 2009MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

TTD

BAMBANG SUDIBYO

Salinan sesuai dengan aslinya.
Biro Hukum dan Organisasi
Departemen Pendidikan Nasional,
Kepala Biro Hukum dan Organisasi,

Dr. Andi Pangerang Moenta, S.H., M.H., DFM.
NIP 196108281987031003

SALINAN
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 46 TAHUN 2009 TANGGAL 31 JULI 2009

I. PEMAKAIAN HURUF

A. Huruf Abjad

Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf yang berikut. Nama tiap huruf disertakan di kolom ketiga.
Huruf Nama
Kapital Kecil

A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
O
P
Q
R
S
T
U
V
W
X
Y
Z

a
b
c
d
e
f
g
h
i
j
k
l
m
n
o
p
q
r
s
t
u
v
w
x
y
z

a
be
ce
de
e
ef
ge
ha
i
je
ka
el
em
en
o
pe
ki
er
es
te
u
ve
we
eks
ye
zet

B. Huruf Vokal

Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o, dan u.
Huruf
Vokal
Contoh Pemakaian dalam Kata
Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir

a
e*

i
o
u

api
enak
emas
itu
oleh
ulang

padi
petak
kena
simpan
kota
bumi

lusa
sore
tipe
murni
radio
ibu

Keterangan:
* Untuk keperluan pelafalan kata yang benar, tanda aksen (‘) dapat digunakan jika ejaan kata menimbulkan keraguan.
Misalnya:
Anak-anak bermain di teras (téras).
Upacara itu dihadiri pejabat teras Bank Indonesia.
Kami menonton film seri (séri).
Pertandingan itu berakhir seri.
Di mana kécap itu dibuat?
Coba kecap dulu makanan itu.

C. Huruf Konsonan

Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
Huruf
Konsonan
Contoh Pemakaian dalam Kata
Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir

b
c
d
f
g
h
j
k

l
m
n
p
q**
r
s
t
v
w
x**
y
z

bahasa
cakap
dua
fakir
guna
hari
jalan
kami

lekas
maka
nama
pasang
Quran
raih
sampai
tali
varia
wanita
xerox
yakin
zeni

sebut
kaca
ada
kafan
tiga
saham
manja
paksa
rakyat*
alas
kami
tanah
apa
status quo
bara
asli
mata
lava
hawa

payung
lazim

adab

Abad
maaf
gudeg
tuah
mikraj
politik
bapak*
akal
diam
daun
siap
Taufiq
putar
tangkas
rapat


sinar-x

juz

Keterangan:
* Huruf k melambangkan bunyi hamzah.
** Huruf q dan x khusus dipakai untuk nama diri (seperti Taufiq dan Xerox) dan keperluan ilmu (seperti status quo dan sinar x).

D. Huruf Diftong

Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.
Huruf
Diftong
Contoh Pemakaian dalam Kata
Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir

ai
au
oi

ain
aula

malaikat
saudara
boikot

pandai
harimau
amboi

E. Gabungan Huruf Konsonan

Gabungan huruf konsonan kh, ng, ny, dan sy masing masing melambangkan satu bunyi konsonan.
Gabungan
Huruf
Konsonan
Contoh Pemakaian dalam Kata
Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir

kh
ng
ny
sy

khusus
ngilu
nyata
syarat

akhir
bangun
banyak
isyarat

tarikh
senang

arasy

Catatan:
Nama orang, badan hukum, dan nama diri yang lain ditulis sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, kecuali jika ada pertimbangan khusus.

F. Huruf Kapital

1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya:

Dia membaca buku.
Apa maksudnya?
Kita harus bekerja keras.
Pekerjaan itu akan selesai dalam satu jam.
2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya:

Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”
Orang itu menasihati anaknya, “Berhati-hatilah, Nak!”
Kemarin engkau terlambat,” katanya.
Besok pagi,” kata Ibu, “dia akan berangkat.”
3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya:

Islam Quran
Kristen Alkitab
Hindu Weda
Allah
Yang Mahakuasa
Yang Maha Pengasih
Tuhan akan menunjukkan jalan kepada hamba-Nya.
Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.
4. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya:

Mahaputra Yamin
Sultan Hasanuddin
Haji Agus Salim
Imam Syafii
Nabi Ibrahim
b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.
Misalnya:

Dia baru saja diangkat menjadi sultan.
Pada tahun ini dia pergi naik haji.
Ilmunya belum seberapa, tetapi lagaknya sudah seperti kiai.
5. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan yang diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat yang digunakan sebagai pengganti nama orang tertentu.
Misalnya:

Wakil Presiden Adam Malik
Perdana Menteri Nehru
Profesor Supomo
Laksamana Muda Udara Husein Sastranegara
Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian
Gubernur Jawa Tengah
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan atau nama instansi yang merujuk kepada bentuk lengkapnya.
Misalnya:

Sidang itu dipimpin oleh Presiden Republik Indonesia.
Sidang itu dipimpin Presiden.
Kegiatan itu sudah direncanakan oleh Departemen Pendidikan Nasional.
Kegiatan itu sudah direncanakan oleh Departemen.
c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak merujuk kepada nama orang, nama instansi, atau nama tempat tertentu.
Misalnya:

Berapa orang camat yang hadir dalam rapat itu?
Devisi itu dipimpin oleh seorang mayor jenderal.
Di setiap departemen terdapat seorang inspektur jenderal.
6. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama orang.
Misalnya:

Amir Hamzah
Dewi Sartika
Wage Rudolf Supratman
Halim Perdanakusumah
Ampere
Catatan:
(1) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama seperti pada de, van, dan der (dalam nama Belanda), von (dalam nama Jerman), atau da (dalam nama Portugal).
Misalnya:

J.J de Hollander
J.P. van Bruggen
H. van der Giessen
Otto von Bismarck
Vasco da Gama
(2) Dalam nama orang tertentu, huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf pertama kata bin atau binti.
Misalnya:

Abdul Rahman bin Zaini
Ibrahim bin Adham
Siti Fatimah binti Salim
Zaitun binti Zainal
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama singkatan nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya:

pascal second Pas
J/K atau JK-1 joule per Kelvin
N Newton
c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya:

mesin diesel
10 volt
5 ampere
7. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Misalnya:

bangsa Eskimo
suku Sunda
bahasa Indonesia
b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang digunakan sebagai bentuk dasar kata turunan.
Misalnya:

pengindonesiaan kata asing
keinggris-inggrisan
kejawa-jawaan
8. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari raya.
Misalnya:

tahun Hijriah tarikh Masehi
bulan Agustus bulan Maulid
hari Jumat hari Galungan
hari Lebaran hari Natal
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama peristiwa sejarah.
Misalnya:

Perang Candu
Perang Dunia I
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
c. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak digunakan sebagai nama.
Misalnya:

Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.
9. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama diri geografi.
Misalnya:

Banyuwangi Asia Tenggara
Cirebon Amerika Serikat
Eropa Jawa Barat
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama geografi yang diikuti nama diri geografi.
Misalnya:

Bukit Barisan Danau Toba
Dataran Tinggi Dieng Gunung Semeru
Jalan Diponegoro Jazirah Arab
Ngarai Sianok Lembah Baliem
Selat Lombok Pegunungan Jayawijaya
Sungai Musi Tanjung Harapan
Teluk Benggala Terusan Suez
c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama diri atau nama diri geografi jika kata yang mendahuluinya menggambarkan kekhasan budaya.
Misalnya:

ukiran Jepara pempek Palembang
tari Melayu sarung Mandar
asinan Bogor sate Mak Ajad
d. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama unsur geografi yang tidak diikuti oleh nama diri geografi.
Misalnya:

berlayar ke teluk mandi di sungai
menyeberangi selat berenang di danau
e. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama diri geografi yang digunakan sebagai penjelas nama jenis.
Misalnya:

nangka belanda
kunci inggris
petai cina
pisang ambon
10. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi, kecuali kata tugas, seperti dan, oleh, atau, dan untuk.
Misalnya:
Republik Indonesia
Departemen Keuangan
Majelis Permusyawaratan Rakyat
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 1972
Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak
b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi.
Misalnya:

beberapa badan hukum
kerja sama antara pemerintah dan rakyat
menjadi sebuah republik
menurut undang-undang yang berlaku
Catatan:

Jika yang dimaksudkan ialah nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan dokumen resmi pemerintah dari negara tertentu, misalnya Indonesia, huruf awal kata itu ditulis dengan huruf kapital.
Misalnya:

Pemberian gaji bulan ke 13 sudah disetujui Pemerintah.
Tahun ini Departemen sedang menelaah masalah itu.
Surat itu telah ditandatangani oleh Direktur.
11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dokumen resmi, dan judul karangan.
Misalnya:

Perserikatan Bangsa-Bangsa
Rancangan Undang-Undang Kepegawaian
Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial
Dasar-Dasar Ilmu Pemerintahan
12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, majalah, surat kabar, dan makalah, kecuali kata tugas seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya:

Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan.
Ia menyelesaikan makalah “Asas-Asas Hukum Perdata”.
13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan yang digunakan dengan nama diri.
Misalnya:

Dr. doktor
S.E. sarjana ekonomi
S.H. sarjana hukum
S.S. sarjana sastra
S.Kp. sarjana keperawatan
M.A. master of arts
M.Hum. magister humaniora
Prof. profesor
K.H. kiai haji
Tn. tuan
Ny. nyonya
Sdr. saudara
Catatan:

Gelar akademik dan sebutan lulusan perguruan tinggi, termasuk singkatannya, diatur secara khusus dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 036/U/1993.
14. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman, yang digunakan dalam penyapaan atau pengacuan.
Misalnya:

Adik bertanya, “Itu apa, Bu?”
Besok Paman akan datang.
Surat Saudara sudah saya terima.
“Kapan Bapak berangkat?” tanya Harto.
“Silakan duduk, Dik!” kata orang itu.
b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak digunakan dalam pengacuan atau penyapaan.
Misalnya:

Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
Dia tidak mempunyai saudara yang tinggal di Jakarta.
15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata Anda yang digunakan dalam penyapaan.
Misalnya:

Sudahkah Anda tahu?
Siapa nama Anda?
Surat Anda telah kami terima dengan baik.
16. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pada kata, seperti keterangan, catatan, dan misalnya yang didahului oleh pernyataan lengkap dan diikuti oleh paparan yang berkaitan dengan pernyataan lengkap itu. (Lihat contoh pada I B, I C, I E, dan II F15).

G. Huruf Miring

1. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya:

Saya belum pernah membaca buku Negarakertagama karangan Prapanca.
Majalah Bahasa dan Sastra diterbitkan oleh Pusat Bahasa.
Berita itu muncul dalam surat kabar Suara Merdeka.
Catatan:

Judul skripsi, tesis, atau disertasi yang belum diterbitkan dan dirujuk dalam tulisan tidak ditulis dengan huruf miring, tetapi diapit dengan tanda petik.
2. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Misalnya:

Huruf pertama kata abad adalah a.
Dia bukan menipu, melainkan ditipu.
Bab ini tidak membicarakan pemakaian huruf kapital.
Buatlah kalimat dengan menggunakan ungkapan berlepas tangan.
3. a. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan yang bukan bahasa Indonesia.
Misalnya:

Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostana.
Orang tua harus bersikap tut wuri handayani terhadap anak.
Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini.
Weltanschauung dipadankan dengan ‘pandangan dunia’.
b. Ungkapan asing yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia penulisannya diperlakukan sebagai kata Indonesia.
Misalnya:

Negara itu telah mengalami empat kali kudeta.
Korps diplomatik memperoleh perlakuan khusus.
Catatan:

Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring digarisbawahi.

H. Huruf Tebal

1. Huruf tebal dalam cetakan dipakai untuk menuliskan judul buku, bab, bagian bab, daftar isi, daftar tabel, daftar lambang, daftar pustaka, indeks, dan lampiran.
Misalnya:

Judul  : HABIS GELAP TERBITLAH TERANG
Bab  : BAB I PENDAHULUAN
Bagian bab  : 1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Tujuan
Daftar, indeks, dan lampiran:
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMBANG
DAFTAR PUSTAKA
INDEKS
LAMPIRAN
2. Huruf tebal tidak dipakai dalam cetakan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata; untuk keperluan itu digunakan huruf miring.
Misalnya:

Akhiran –i tidak dipenggal pada ujung baris.
Saya tidak mengambil bukumu.
Gabungan kata kerja sama ditulis terpisah.
Seharusnya ditulis dengan huruf miring:

Akhiran –i tidak dipenggal pada ujung baris.
Saya tidak mengambil bukumu.
Gabungan kata kerja sama ditulis terpisah.
3. Huruf tebal dalam cetakan kamus dipakai untuk menuliskan lema dan sublema serta untuk menuliskan lambang bilangan yang menyatakan polisemi.
Misalnya:

kalah v 1 tidak menang …; 2 kehilangan atau merugi …; 3 tidak lulus …; 4 tidak menyamai
mengalah v mengaku kalah
mengalahkan v 1 menjadikan kalah …; 2 menaklukkan …; 3 menganggap kalah …
terkalahkan v dapat dikalahkan …
Catatan:

Dalam tulisan tangan atau ketikan manual, huruf atau kata yang akan dicetak dengan huruf tebal diberi garis bawah ganda.

II. PENULISAN KATA

A. Kata Dasar

Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:

Buku itu sangat menarik.
Ibu sangat mengharapkan keberhasilanmu.
Kantor pajak penuh sesak.
Dia bertemu dengan kawannya di kantor pos.

B. Kata Turunan

1. a. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.
Misalnya:

berjalan
dipermainkan
gemetar
kemauan
lukisan
menengok
petani
b. Imbuhan dirangkaikan dengan tanda hubung jika ditambahkan pada bentuk singkatan atau kata dasar yang bukan bahasa Indonesia.
Misalnya:

mem-PHK-kan
di-PTUN-kan
diupgrade
merecall
2. Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab III, Huruf E, Butir 5.)
Misalnya:

bertepuk tangan
garis bawahi
menganak sungai
sebar luaskan
3. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab III, Huruf E, Butir 5.)
Misalnya:

dilipatgandakan
menggarisbawahi
menyebarluaskan
penghancurleburan
pertanggungjawaban
4. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu
ditulis serangkai.
Misalnya:

adipati dwiwarna paripurna
aerodinamika ekawarna poligami
antarkota ekstrakurikuler pramuniaga
antibiotik infrastruktur prasangka
anumerta inkonvensional purnawirawan
audiogram kosponsor saptakrida
awahama mahasiswa semiprofesional
bikarbonat mancanegara subseksi
biokimia monoteisme swadaya
caturtunggal multilateral telepon
dasawarsa narapidana transmigrasi
dekameter nonkolaborasi tritunggal
demoralisasi pascasarjana ultramodern
Catatan:

(1) Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya huruf kapital, tanda hubung (-) digunakan di antara kedua unsur itu.
Misalnya:

non-Indonesia
pan-Afrikanisme
pro-Barat
(2) Jika kata maha sebagai unsur gabungan merujuk kepada Tuhan yang diikuti oeh kata berimbuhan, gabungan itu ditulis terpisah dan unsur unsurnya dimulai dengan huruf kapital.
Misalnya:

Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.
Kita berdoa kepada Tuhan Yang Maha Pengampun.
(3) Jika kata maha, sebagai unsur gabungan, merujuk kepada Tuhan dan diikuti oleh kata dasar, kecuali kata esa, gabungan itu ditulis serangkai.
Misalnya:

Tuhan Yang Mahakuasa menentukan arah hidup kita.
Mudah mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.
(4) Bentuk bentuk terikat dari bahasa asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti pro, kontra, dan anti, dapat digunakan sebagai bentuk dasar.
Misalnya:

Sikap masyarakat yang pro lebih banyak daripada yang kontra.
Mereka memperlihatkan sikap anti terhadap kejahatan.
(5) Kata tak sebagai unsur gabungan dalam peristilahan ditulis serangkai dengan bentuk dasar yang mengikutinya, tetapi ditulis terpisah jika diikuti oleh bentuk berimbuhan.
Misalnya:

taklaik terbang
taktembus cahaya
tak bersuara
tak terpisahka

C. Bentuk Ulang

1. Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung di antara unsur-unsurnya.
Misalnya:

anak-anak mata-mata
berjalan-jalan menulis-nulis
biri-biri mondar-mandir
buku-buku ramah-tamah
hati-hati sayur-mayur
kuda-kuda serba-serbi
kupu-kupu terus-menerus
lauk-pauk tukar-menukar
Catatan:

(1) Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan mengulang unsur pertama saja.
Misalnya:

surat kabar surat-surat kabar
kapal barang kapal-kapal barang
rak buku rak-rak buku
(2) Bentuk ulang gabungan kata yang unsur keduanya adjektiva ditulis dengan mengulang unsur pertama atau unsur keduanya dengan makna yang berbeda.
Misalnya:

orang besar orang-orang besar
orang besar-besar
gedung tinggi gedung-gedung tinggi
gedung tinggi-tinggi
2. Awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan bentuk ulang.
Misalnya:

kekanak-kanakan
perundang-undangan
melambai-lambaikan
dibesar-besarkan
memata-matai
(Lihat keinggris-inggrisan Bab I, Huruf F, Butir 7.)
Catatan:
Angka 2 dapat digunakan dalam penulisan bentuk ulang untuk keperluan khusus, seperti dalam pembuatan catatan rapat atau kuliah.
Misalnya:

Pemerintah sedang mempersiapkan rancangan undang2 baru.
Kami mengundang orang2 yang berminat saja.
Mereka me-lihat2 pameran.
Yang ditampilkan dalam pameran itu adalah buku2 terbitan Jakarta.
Bajunya ke-merah2-a

D. Gabungan Kata

1. Unsur-unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk ditulis terpisah.
Misalnya:

duta besar model linear
kambing hitam orang tua
simpang empat persegi panjang
mata pelajaran rumah sakit umum
meja tulis kereta api cepat luar biasa
2. Gabungan kata yang dapat menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan menambahkan tanda hubung di antara unsur-unsurnya untuk menegaskan pertalian unsur yang
bersangkutan.
Misalnya:

anak-istri Ali anak istri-Ali
ibu-bapak kami ibu bapak-kami
buku-sejarah baru buku sejarah-baru
3. Gabungan kata yang dirasakan sudah padu benar ditulis serangkai.
Misalnya:

acapkali darmasiswa puspawarna
adakalanya darmawisata radioaktif
akhirulkalam dukacita saptamarga
alhamdulillah halalbihalal saputangan
apalagi hulubalang saripati
astagfirullah kacamata sebagaimana
bagaimana kasatmata sediakala
barangkali kepada segitiga
beasiswa kilometer sekalipun
belasungkawa manakala sukacita
bilamana manasuka sukarela
bismillah matahari sukaria
bumiputra padahal syahbandar
daripada peribahasa waralaba
darmabakti perilaku wiraswata

E. Suku Kata

1. Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.
a. Jika di tengah kata ada huruf vokal yang berurutan, pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf vokal itu.
Misalnya:

buah
main
niat
saat
b. Huruf diftong ai, au, dan oi tidak dipenggal.
Misalnya:

pan-dai
au-la
sau-da-ra
am-boi
c. Jika di tengah kata dasar ada huruf konsonan (termasuk gabungan huruf konsonan) di antara dua buah huruf vokal, pemenggalannya dilakukan sebelum huruf konsonan itu.
Misalnya:

bapak
lawan
dengan
kenyang
mutakhir
musyawarah
d. Jika di tengah kata dasar ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu.
Misalnya:

April
caplok
makhluk
mandi
sanggup
sombong
swasta
e. Jika di tengah kata dasar ada tiga huruf konsonan atau lebih yang masing-masing melambangkan satu bunyi, pemenggalannya dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua.
Misalnya:

ultra
infra
bentrok
instru-men
Catatan:

(1) Gabungan huruf konsonan yang melambangkan satu bunyi tidak dipenggal.
Misalnya:

bang-krut
bang-sa
ba-nyak
ikh-las
kong-res
makh-luk
masy-hur
sang-gup
(2) Pemenggalan kata tidak boleh menyebabkan munculnya satu huruf (vokal) di awal atau akhir baris.
Misalnya:

itu i-tu
setia se-ti-a
2. Pemenggalan kata dengan awalan, akhiran, atau partikel dilakukan di antara bentuk dasar dan imbuhan atau partikel itu.
Misalnya:

ber-jalan
mem-bantu
di-ambil
ter-bawa
per-buat
makan-an
letak-kan
me-rasa-kan
pergi-lah
apa-kah
per-buat-an
ke-kuat-an
Catatan:

(1) Pemenggalan kata berimbuhan yang bentuk dasarnya mengalami perubahan
dilakukan seperti pada kata dasar.
Misalnya:

menu-tup
mema-kai
menya-pu
menge-cat
peno-long
pemi-kir
penga-rang
penye-but
penge-tik
(2) Akhiran -i tidak dipisahkan pada pergantian baris. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab III, Huruf E, Butir 2.)
(3) Pemenggalan kata bersisipan dilakukan seperti pada kata dasar.
Misalnya:

ge-lem-bung
ge-mu-ruh
ge-ri-gi
si-nam-bung
te-lun-juk
(4) Pemenggalan tidak dilakukan pada suku kata yang terdiri atas satu vokal.
Misalnya:

Beberapa pendapat mengenai masalah itu telah disampaikan ….
Walaupun cuma cuma, mereka tidak mau ambil makanan itu.
3. Jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan salah satu unsurnya itu dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalannya dilakukan di antara unsur-unsur itu. Tiap-tiap unsur gabungan itu dipenggal seperti pada kata dasar. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab III, Huruf E, Butir 2.)
Misalnya:

bio-grafi bi-o-gra-fi
bio-data bi-o-da-ta
foto-grafi fo-to-gra-fi
foto-kopi fo-to-ko-pi
intro-speksi in-tro-spek-si
intro-jeksi in-tro-jek-si
kilo-gram ki-lo-gram
kilo-meter ki-lo-me-ter
pasca-panen pas-ca-pa-nen
pasca-sarjana pas-ca-sar-ja-na
4. Nama orang, badan hukum, atau nama diri lain yang terdiri atas dua unsur atau lebih dipenggal pada akhir baris di antara unsur-unsurnya (tanpa tanda pisah). Unsur nama yang berupa singkatan tidak dipisahkan.

F. Kata Depan

Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam
gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata, seperti kepada dan daripada. (Lihat juga Bab II, Huruf D, Butir 3.)
Misalnya:

Bermalam sajalah di sini.
Di mana dia sekarang?
Kain itu disimpan di dalam lemari.
Kawan-kawan bekerja di dalam gedung.
Dia berjalan-jalan di luar gedung.
Dia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.
Mari kita berangkat ke kantor.
Saya pergi ke sana kemari mencarinya.
Ia datang dari Surabaya kemarin.
Saya tidak tahu dari mana dia berasal.
Cincin itu terbuat dari emas.
Catatan:

Kata-kata yang dicetak miring di dalam kalimat seperti di bawah ini ditulis serangkai.
Misalnya:

Kami percaya sepenuhnya kepadanya.
Dia lebih tua daripada saya.
Dia masuk, lalu keluar lagi.
Bawa kemari gambar itu.
Kesampingkan saja persoalan yang tidak penting itu.

G. Partikel

1. Partikel lah, kah, dan tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:

Bacalah buku itu baik-baik!
Apakah yang tersirat dalam surat itu?
Siapakah gerangan dia?
Apatah gunanya bersedih hati?
2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya:

Apa pun permasalahannya, dia dapat mengatasinya dengan bijaksana.
Hendak pulang tengah malam pun sudah ada kendaraan.
Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah datang ke rumahku.
Jika Ayah membaca di teras, Adik pun membaca di tempat itu.
Catatan:

Partikel pun pada gabungan yang lazim dianggap padu ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:

Adapun sebab sebabnya belum diketahui.
Bagaimanapun juga, tugas itu akan diselesaikannya.
Baik laki laki maupun perempuan ikut berdemonstrasi.
Sekalipun belum selesai, hasil pekerjaannya dapat dijadikan pegangan.
Walaupun sederhana, rumah itu tampak asri.
3. Partikel per yang berarti ‘demi’, ‘tiap’, atau ‘mulai’ ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:

Mereka masuk ke dalam ruang satu per satu.
Harga kain itu Rp50.000,00 per helai.
Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 Januari.
Catatan:

Partikel per dalam bilangan pecahan yang ditulis dengan huruf dituliskan serangkai dengan kata yang mengikutinya. (Lihat Bab II, Huruf I, Butir 7.)

H. Singkatan dan Akronim

1. Singkatan ialah bentuk singkat yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
a. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik di belakang tiap-tiap singkatan itu.
Misalnya:

A.H. Nasution Abdul Haris Nasution
H. Hamid Haji Hamid
Suman Hs. Suman Hasibuan
W.R. Supratman Wage Rudolf Supratman
M.B.A. master of business administration
M.Hum. magister humaniora
M.Si. magister sains
S.E. sarjana ekonomi
S.Sos sarjana sosial
S.Kom sarjana komunikasi
S.K.M. sarjana kesehatan masyarakat
Bpk. bapak
Sdr. saudara
Kol. kolonel
b. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas gabungan huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:

DPR Dewan Perwakilan Rakyat
PBB Perserikatan Bangsa Bangsa
WHO World Health Organization
PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia
PT perseroan terbatas
SD sekolah dasar
KTP kartu tanda penduduk
c. 1) Singkatan kata yang berupa gabungan huruf diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:

jml. jumlah
kpd. kepada
tgl. tanggal
hlm. halaman
yg. yang
dl. dalam
No. nomor
2) Singkatan gabungan kata yang terdiri atas tiga huruf diakhiri dengan tanda titik.
Misalnya:
dll. dan lain lain
dsb. dan sebagainya
dst. dan seterusnya
sda. sama dengan atas
ybs. yang bersangkutan
Yth. Yang terhormat
Catatan:

Singkatan itu dapat digunakan untuk keperluan khusus, seperti dalam pembuatan catatan rapat dan kuliah.
d. Singkatan gabungan kata yang terdiri atas dua huruf (lazim digunakan dalam surat-menyurat) masing-masing diikuti oleh tanda titik.
Misalnya:

a.n. atas nama
d.a. dengan alamat
u.b. untuk beliau
u.p. untuk perhatian
e. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda dengan titik.
Misalnya:

Cu kuprum
cm sentimeter
kg kilogram
kVA kilovolt ampere
l liter
Rp rupiah
TNT trinitrotoluene
2. Akronim ialah singkatan dari dua kata atau lebih yang diperlakukan sebagai sebuah kata.
a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal unsur-unsur nama diri ditulis seluruhnya dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
Misalnya:

LIPI Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
LAN Lembaga Administrasi Negara
PASI Persatuan Atletik Seluruh Indonesia
SIM surat izin mengemudi
b. Akronim nama diri yang berupa singkatan dari beberapa unsur ditulis dengan huruf awal kapital.
Misalnya:

Bulog Badan Urusan Logistik
Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Iwapi Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia
Kowani Kongres Wanita Indonesia
c. Akronim bukan nama diri yang berupa singkatan dari dua kata atau lebih ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya:

pemilu pemilihan umum
iptek ilmu pengetahuan dan teknologi
rapim rapat pimpinan
rudal peluru kendali
tilang bukti pelanggaran
radar radio detecting and ranging
Catatan:

Jika pembentukan akronim dianggap perlu, hendaknya diperhatikan syarat-syarat berikut.
(1) Jumlah suku kata akronim tidak melebihi jumlah suku kata yang lazim pada kata Indonesia (tidak lebih dari tiga suku kata).
(2) Akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata bahasa Indonesia yang lazim agar mudah diucapkan dan diingat.

I. Angka dan Bilangan

Bilangan dapat dinyatakan dengan angka atau kata. Angka dipakai sebagai lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
Angka Arab  : 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9
Angka Romawi  : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1.000), V (5.000), M (1.000.000)
1. Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika bilangan itu dipakai secara berurutan seperti dalam perincian atau paparan.
Misalnya:

Mereka menonton drama itu sampai tiga kali.
Koleksi perpustakaan itu mencapai dua juta buku.
Di antara 72 anggota yang hadir 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang tidak memberikan suara.
Kendaraan yang dipesan untuk angkutan umum terdiri atas 50 bus, 100 minibus, dan 250 sedan.
2. Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf, jika lebih dari dua kata, susunan kalimat diubah agar bilangan yang tidak dapat ditulis dengan huruf itu tidak ada pada awal kalimat.
Misalnya:

Lima puluh siswa kelas 6 lulus ujian.
Panitia mengundang 250 orang peserta.
Bukan:

250 orang peserta diundang Panitia dalam seminar itu.
3. Angka yang menunjukkan bilangan utuh besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca.
Misalnya:

Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 550 miliar rupiah.
Dia mendapatkan bantuan Rp250 juta rupiah untuk mengembangkan usahanya.
Proyek pemberdayaan ekonomi rakyat itu memerlukan biaya Rp10 triliun.
4. Angka digunakan untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas, dan isi; (b) satuan waktu; (c) nilai uang; dan (d) jumlah.
Misalnya:

0,5 sentimeter tahun 1928
5 kilogram 17 Agustus 1945
4 meter persegi 1 jam 20 menit
10 liter pukul 15.00
Rp5.000,00 10 persen
US$3,50* 27 orang
£5,10*
¥100
2.000 rupiah
Catatan:

(1) Tanda titik pada contoh bertanda bintang (*) merupakan tanda desimal.
(2) Penulisan lambang mata uang, seperti Rp, US$, £, dan ¥ tidak diakhiri dengan tanda titik dan tidak ada spasi antara lambang itu dan angka yang mengikutinya, kecuali di dalam tabel.
5. Angka digunakan untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar.
Misalnya:

Jalan Tanah Abang I No. 15
Jalan Wijaya No. 14
Apartemen No. 5
Hotel Mahameru, Kamar 169
6. Angka digunakan untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci.
Misalnya:

Bab X, Pasal 5, halaman 252
Surah Yasin: 9
Markus 2: 3
7. Penulisan bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
a. Bilangan utuh
Misalnya:

dua belas (12)
tiga puluh (30)
lima ribu (5000)
b. Bilangan pecahan
Misalnya:

setengah (1/2)
seperenam belas (1/16)
tiga perempat (3/4)
dua persepuluh (0,2) atau (2/10)
tiga dua pertiga (3 2/3)
satu persen (1%)
satu permil (1‰)
Catatan:

(1) Pada penulisan bilangan pecahan dengan mesin tik, spasi digunakan di antara bilangan utuh dan bilangan pecahan.
(2) Tanda hubung dapat digunakan dalam penulisan lambang bilangan dengan huruf yang dapat menimbulkan salah pengertian.
Misalnya:

20 2/3 (dua puluh dua-pertiga)
22/30 (dua-puluh-dua pertiga puluh)
20 15/17 (dua puluh lima-belas pertujuh belas)
150 2/3 (seratus lima puluh dua-pertiga)
152/3 (seratus-lima-puluh-dua pertiga)
8. Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.
Misalnya:

a. pada awal abad XX (angka Romawi kapital)
dalam kehidupan pada abad ke-20 ini (huruf dan angka Arab
pada awal abad kedua puluh (huruf)
b. kantor di tingkat II gedung itu (angka Romawi)
di tingkat ke-2 gedung itu (huruf dan angka Arab)
di tingkat kedua gedung itu (huruf)
9. Penulisan bilangan yang mendapat akhiran an mengikuti cara berikut. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab III, Huruf E, Butir 5).
Misalnya:

lima lembar uang 1.000-an (lima lembar uang seribuan)
tahun 1950-an (tahun seribu sembilan ratus lima puluhan)
uang 5.000-an (uang lima-ribuan)
10. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks (kecuali di dalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi).
Misalnya:

Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.
Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai.
Rumah itu dijual dengan harga Rp125.000.000,00.
11. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.
Misalnya:

Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp900.500,50 (sembilan ratus ribu lima ratus rupiah lima puluh sen).
Bukti pembelian barang seharga Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) ke atas harus dilampirkan pada laporan pertanggungjawaban.
Dia membeli uang dolar Amerika Serikat sebanyak $5,000.00 (lima ribu dolar).
Catatan:

(1) Angka Romawi tidak digunakan untuk menyatakan jumlah.
(2) Angka Romawi digunakan untuk menyatakan penomoran bab (dalam terbitan atau produk perundang-undangan) dan nomor jalan.
(3) Angka Romawi kecil digunakan untuk penomoran halaman sebelum Bab I dalam naskah dan buku.

J. Kata Ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan -nya

Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku, -mu, dan -nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:

Buku ini boleh kau baca.
Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.
Rumahnya sedang diperbaiki.
Catatan:

Kata kata ganti itu (-ku, -mu, dan -nya) dirangkaikan dengan tanda hubung apabila digabung dengan bentuk yang berupa singkatan atau kata yang diawali dengan huruf kapital.
Misalnya:

KTP-mu
SIM-nya
STNK-ku

K. Kata si dan sang

Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:

Surat itu dikembalikan kepada si pengirim.
Toko itu memberikan hadiah kepada si pembeli.
Ibu itu membelikan sang suami sebuah laptop.
Siti mematuhi nasihat sang kakak.
Catatan:

Huruf awal si dan sang ditulis dengan huruf kapital jika kata-kata itu diperlakukan sebagai unsur nama diri.
Misalnya:

Harimau itu marah sekali kepada Sang Kancil.
Dalam cerita itu Si Buta dari Goa Hantu berkelahi dengan musuhnya.

III. PEMAKAIAN TANDA BACA

A. Tanda Titik (.)

1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya:

Ayahku tinggal di Solo.
Biarlah mereka duduk di sana.
Dia menanyakan siapa yang akan datang.
Catatan:

Tanda titik tidak digunakan pada akhir kalimat yang unsur akhirnya sudah bertanda titik. (Lihat juga Bab III, Huruf I.)
Misalnya:

Buku itu disusun oleh Drs. Sudjatmiko, M.A.
Dia memerlukan meja, kursi, dsb.
Dia mengatakan, “kaki saya sakit.”
2. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
Misalnya:

a. III. Departemen Pendidikan Nasional
A. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
B. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
1. Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini
2.
b. 1. Patokan Umum
1.1 Isi Karangan
1.2 Ilustrasi
1.2.1 Gambar Tangan
1.2.2 Tabel
1.2.3 Grafik
2. Patokan Khusus
2.1 …
2.2 …
Catatan:

Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf.
3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.
Misalnya:

pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik atau pukul 1, 35 menit, 20 detik)
Catatan:

Penulisan waktu dengan angka dapat mengikuti salah satu cara berikut.
(1) Penulisan waktu dengan angka dalam sistem 12 dapat dilengkapi dengan keterangan pagi, siang, sore, atau malam.
Misalnya:

pukul 9.00 pagi
pukul 11.00 siang
pukul 5.00 sore
pukul 8.00 malam
(2) Penulisan waktu dengan angka dalam sistem 24 tidak memerlukan keterangan pagi, siang, atau malam.
Misalnya:

pukul 00.45
pukul 07.30
pukul 11.00
pukul 17.00
pukul 22.00
4. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu.
Misalnya:

1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)
0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
0.0.30 jam (30 detik)
5. Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit.
Misalnya:

Alwi, Hasan, Soenjono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa, dan Anton Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltevreden: Balai Poestaka.
Catatan:

Urutan informasi mengenai daftar pustaka tergantung pada lembaga yang bersangkutan.
6. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang menunjukkan jumlah.
Misalnya:

Desa itu berpenduduk 24.200 orang.
Siswa yang lulus masuk perguruan tinggi negeri 12.000 orang.
Penduduk Jakarta lebih dari 11.000.000 orang.
Catatan:

(1) Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
Misalnya:

Dia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
Lihat halaman 2345 dan seterusnya.
Nomor gironya 5645678.
(2) Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Misalnya:

Acara Kunjungan Menteri Pendidikan Nasional
Bentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD 1945)
Salah Asuhan
(3) Tanda titik tidak dipakai di belakang (a) nama dan alamat penerima surat, (b) nama dan alamat pengirim surat, dan (c) di belakang tanggal surat.
Misalnya:

Yth. Kepala Kantor Penempatan Tenaga
Jalan Cikini 71
Jakarta
Yth. Sdr. Moh. Hasan
Jalan Arif Rahmad 43
Palembang
Adinda
Jalan Diponegoro 82
Jakarta
21 April 2008
(4) Pemisahan bilangan ribuan atau kelipatannya dan desimal dilakukan sebagai berikut.

Rp200.250,75 $ 50,000.50
8.750 m 8,750 m
7. Tanda titik dipakai pada penulisan singkatan (Lihat Bab II, Huruf H.)

B. Tanda Koma (,)

1. Tanda koma dipakai di antara unsur unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya:

Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
Surat biasa, surat kilat, ataupun surat kilat khusus memerlukan prangko.
Satu, dua, … tiga!
2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului dengan kata seperti tetapi, melainkan, sedangkan, dan kecuali.
Misalnya:

Saya akan membeli buku-buku puisi, tetapi kau yang memilihnya.
Ini bukan buku saya, melainkan buku ayah saya.
Dia senang membaca cerita pendek, sedangkan adiknya suka membaca puisi
Semua mahasiswa harus hadir, kecuali yang tinggal di luar kota.
3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:

Kalau ada undangan, saya akan datang.
Karena tidak congkak, dia mempunyai banyak teman.
Agar memiliki wawasan yang luas, kita harus banyak membaca buku.
Catatan:

Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya:

Saya akan datang kalau ada undangan.
Dia mempunyai banyak teman karena tidak congkak.
Kita harus membaca banyak buku agar memiliki wawasan yang luas.
4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu.
Misalnya:
Anak itu rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia memperoleh beasiswa belajar di luar negeri.
Anak itu memang rajin membaca sejak kecil. Jadi, wajar kalau dia menjadi bintang pelajar
Meskipun begitu, dia tidak pernah berlaku sombong kepada siapapun.
Catatan:

Ungkapan penghubung antarkalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu, tidak dipakai pada awal paragraf.
5. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seru, seperti o, ya, wah, aduh, dan kasihan, atau kata-kata yang digunakan sebagai sapaan, seperti Bu, Dik, atau Mas dari kata lain yang terdapat di dalam kalimat.
Misalnya:

O, begitu?
Wah, bukan main!
Hati hati, ya, jalannya licin.
Mas, kapan pulang?
Mengapa kamu diam, Dik?
Kue ini enak, Bu.
6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. (Lihat juga pemakaian tanda petik, Bab III, Huruf J dan K.)
Misalnya:

Kata Ibu, “Saya gembira sekali.”
“Saya gembira sekali,” kata Ibu, “karena lulus ujian.”
7. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
Misalnya:

“Di mana Saudara tinggal?” tanya Pak Guru.
“Masuk ke kelas sekarang!” perintahnya.
8. Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian bagian alamat, (c) tempat dan tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya:

Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor
Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Salemba Raya 6, Jakarta
Surabaya, 10 Mei 1960
Tokyo, Jepang.
9. Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
Misalnya:

Gunawan, Ilham. 1984. Kamus Politik Internasional. Jakarta: Restu Agung.
Halim, Amran (Ed.) 1976. Politik Bahasa Nasional. Jilid 1. Jakarta: Pusat Bahasa.
Junus, H. Mahmud. 1973. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsir Alquran
Sugono, Dendy. 2009. Mahir Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
10. Tanda koma dipakai di antara bagian bagian dalam catatan kaki atau catatan akhir.
Misalnya:

Alisjahbana, S. Takdir, Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 2 (Jakarta: Pustaka Rakyat, 1950), hlm. 25.
Hilman, Hadikusuma, Ensiklopedi Hukum Adat dan Adat Budaya Indonesia (Bandung: Alumni, 1977), hlm. 12.
Poerwadarminta, W.J.S. Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Jogjakarta: UP Indonesia, 1967), hlm. 4.
11. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Misalnya:

B. Ratulangi, S.E.
Ny. Khadijah, M.A.
Bambang Irawan, S.H.
Siti Aminah, S.E., M.M.
Catatan:

Bandingkan Siti Khadijah, M.A. dengan Siti Khadijah M.A. (Siti Khadijah Mas Agung).
12. Tanda koma dipakai di muka angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Misalnya:

12,5 m
27,3 kg
Rp500,50
Rp750,00
Catatan:

Bandingkan dengan penggunaan tanda titik yang dimulai dengan angka desimal atau di antara dolar dan sen.
13. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi. (Lihat juga pemakaian tanda pisah, Bab III, Huruf F.)
Misalnya:

Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.
Di daerah kami, misalnya, masih banyak orang laki-laki yang makan sirih.
Semua siswa, baik laki-laki maupun perempuan, mengikuti latihan paduan suara.
Catatan:

Bandingkan dengan keterangan pewatas yang pemakaiannya tidak diapit dengan tanda koma.
Misalnya:

Semua siswa yang lulus ujian akan mendapat ijazah.
14. Tanda koma dapat dipakai–untuk menghindari salah baca/salah pengertian–di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:

Dalam pengembangan bahasa, kita dapat memanfaatkan bahasa-bahasa di kawasan nusantara ini.
Atas perhatian Saudara, kami ucapan terima kasih.
Bandingkan dengan:

Kita dapat memanfaatkan bahasa-bahasa di kawasan nusantara ini dalam
pengembangan kosakata.
Kami ucapkan terima kasih atas perhatian Saudara.

C. Tanda Titik Koma (;)

1. Tanda titik koma dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk setara.
Misalnya:

Hari sudah malam; anak anak masih membaca buku buku yang baru dibeli ayahnya.
Ayah mengurus tanaman di kebun; Ibu menulis makalah di ruang kerjanya; Adik membaca di teras depan; saya sendiri asyik memetik gitar menyanyikan puisi-puisi penyair kesayanganku.
2. Tanda titik koma digunakan untuk mengakhiri pernyataan perincian dalam kalimat yang berupa frasa atau kelompok kata. Dalam hubungan itu, sebelum perincian terakhir tidak perlu digunakan kata dan.
Misalnya:

Syarat syarat penerimaan pegawai negeri sipil di lembaga ini:
(1) berkewarganegaraan Indonesia;
(2) berijazah sarjana S1 sekurang-kurangnya;
(3) berbadan sehat;
(4) bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan dua kalimat setara atau lebih apabila unsur-unsur setiap bagian itu dipisah oleh tanda baca dan kata hubung.
Misalnya:

Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan kaos; pisang, apel, dan jeruk.
Agenda rapat ini meliputi pemilihan ketua, sekretaris, dan bendahara; penyusunan anggaran dasar, anggaran rumah tangga, dan program kerja; pendataan anggota, dokumentasi, dan aset organisasi.

D. Tanda Titik Dua (:)

1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti rangkaian atau pemerian.
Misalnya:

Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan: hidup atau mati.
Catatan:

Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Misalnya:

Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
Fakultas itu mempunyai Jurusan Ekonomi Umum dan Jurusan Ekonomi Perusahaan.
2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya:

a. Ketua  : Ahmad Wijaya
Sekretaris  : Siti Aryani
Bendahara  : Aulia Arimbi
b. Tempat  : Ruang Sidang Nusantara
Pembawa Acara  : Bambang S.
Hari, tanggal  : Selasa, 28 Oktober 2008
Waktu  : 09.00—10.30
3. Tanda titik dua dapat dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Misalnya:

Ibu  : “Bawa kopor ini, Nak!”
Amir  : “Baik, Bu.”
Ibu  : “Jangan lupa. Letakkan baik baik!”
4. Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan halaman, (b) bab dan ayat dalam kitab suci, (c) judul dan anak judul suatu karangan, serta (d) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
Misalnya:

Horison, XLIII, No. 8/2008: 8
Surah Yasin: 9
Dari Pemburu ke Terapeutik: Antologi Cerpen Nusantara
Pedoman Umum Pembentukan Istilah Edisi Ketiga. Jakarta: Pusat Bahasa

E. Tanda Hubung (-)

1. Tanda hubung menyambung suku-suku kata yang terpisah oleh pergantian baris.
Misalnya:

Di samping cara lama diterapkan juga ca-
ra baru ….
Sebagaimana kata peribahasa, tak ada ga-
ding yang takretak.
2. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata yang mengikutinya atau akhiran dengan bagian kata yang mendahuluinya pada pergantian baris.
Misalnya:

Kini ada cara yang baru untuk meng-
ukur panas.
Kukuran baru ini memudahkan kita me-
ngukur kelapa.
Senjata ini merupakan sarana pertahan-
an yang canggih.
3. Tanda hubung digunakan untuk menyambung unsur-unsur kata ulang.
Misalnya:

anak-anak
berulang-ulang
kemerah-merahan
4. Tanda hubung digunakan untuk menyambung bagian-bagian tanggal dan huruf dalam kata yang dieja satu-satu.
Misalnya:

8-4-2008
p-a-n-i-t-i-a
5. Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (a) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan dan (b) penghilangan bagian frasa atau kelompok kata.
Misalnya:
ber-evolusi
dua-puluh ribuan (20 x 1.000)
tanggung-jawab-dan-kesetiakawanan sosial (tanggung jawab sosial dan kesetiakawanan sosial)
Karyawan boleh mengajak anak-istri ke acara pertemuan besok.
Bandingkan dengan:

be-revolusi
dua-puluh-ribuan (1 x 20.000)
tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial
6. Tanda hubung dipakai untuk merangkai:

a. se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital,
b. ke- dengan angka,
c. angka dengan -an,
d. kata atau imbuhan dengan singkatan berhuruf kapital,
e. kata ganti yang berbentuk imbuhan, dan
f. gabungan kata yang merupakan kesatuan.
Misalnya:

se-Indonesia
peringkat ke-2
tahun 1950-an
hari-H
sinar-X
mem-PHK-kan
ciptaan-Nya
atas rahmat-Mu
Bandara Sukarno-Hatta
alat pandang-dengar
7. Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
Misalnya:

di-smash
di-mark-up
pen-tackle-an

F. Tanda Pisah (–)

1. Tanda pisah dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun utama kalimat.
Misalnya:

Kemerdekaan itu—hak segala bangsa—harus dipertahankan.
Keberhasilan itu–saya yakin–dapat dicapai kalau kita mau berusaha keras.
2. Tanda pisah dipakai untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
Misalnya:

Rangkaian temuan ini–evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom–telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
Gerakan Pengutamaan Bahasa Indonesia–amanat Sumpah Pemuda–harus terus ditingkatkan.
3. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat dengan arti ‘sampai dengan’ atau ‘sampai ke’.
Misalnya:

Tahun 1928–2008
Tanggal 5–10 April 2008
Jakarta–Bandung
Catatan:

(1) Tanda pisah tunggal dapat digunakan untuk memisahkan keterangan tambahan pada akhir kalimat.
Misalnya:

Kita memerlukan alat tulis–pena, pensil, dan kertas.
(Bandingkan dengan Bab III, Huruf D, kaidah 1.)
(2) Dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa spasi sebelum dan sesudahnya.

G. Tanda Tanya (?)

1. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya:

Kapan dia berangkat?
Saudara tahu, bukan?
2. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya:

Dia dilahirkan pada tahun 1963 (?).
Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.

H. Tanda Seru (!)

Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun emosi yang kuat.
Misalnya:

Alangkah indahnya taman laut ini!
Bersihkan kamar itu sekarang juga!
Sampai hati benar dia meninggalkan istrinya!
Merdeka!

I. Tanda Elipsis (…)

1. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
Misalnya:

Kalau begitu …, marilah kita laksanakan.
Jika Saudara setuju dengan harga itu …, pembayarannya akan segera kami lakukan.
2. Tanda elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan.
Misalnya:

Sebab-sebab kemerosotan … akan diteliti lebih lanjut.
Pengetahuan dan pengalaman kita … masih sangat terbatas.
Catatan:

(1) Tanda elipsis itu didahului dan diikuti dengan spasi.
(2) Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai 4 tanda titik: 3 tanda titik untuk menandai penghilangan teks dan 1 tanda titik untuk menandai akhir kalimat.
(3) Tanda elipsis pada akhir kalimat tidak diikuti dengan spasi.
Misalnya:

Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan cermat ….

J. Tanda Petik (” “)

1. Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.
Misalnya:

Pasal 36 UUD 1945 menyatakan, “Bahasa negara ialah bahasa Indonesia. “
Ibu berkata, “Paman berangkat besok pagi. “
“Saya belum siap,” kata dia, “tunggu sebentar!”
2. Tanda petik dipakai untuk mengapit judul puisi, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Misalnya:

Sajak “Pahlawanku” terdapat pada halaman 5 buku itu.
Saya sedang membaca “Peningkatan Mutu Daya Ungkap Bahasa Indonesia” dalam buku Bahasa Indonesia Menuju Masyarakat Madani.
Bacalah “Penggunaan Tanda Baca” dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.

“Makalah “Pembentukan Insan Cerdas Kompetitif” menarik perhatian peserta seminar.

3. Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
Misalnya:

Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara “coba dan ralat” saja.
Dia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama “cutbrai”.
Catatan:

(1) Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
Misalnya:

Kata dia, “Saya juga minta satu.”
Dia bertanya, “Apakah saya boleh ikut?”
(2) Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat.
Misalnya:

Bang Komar sering disebut “pahlawan”; ia sendiri tidak tahu sebabnya.
Karena warna kulitnya, dia mendapat julukan “Si Hitam”.
(3) Tanda petik pembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.
(4) Tanda petik (“) dapat digunakan sebagai pengganti idem atau sda. (sama dengan di atas) atau kelompok kata di atasnya dalam penyajian yang berbentuk daftar.
Misalnya:

zaman bukan jaman
asas azas
plaza plasa
jadwal jadual
bus bis

K. Tanda Petik Tunggal (‘ ‘)

1. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat di dalam petikan lain.
Misalnya:

Tanya dia, “Kaudengar bunyi ‘kring kring’ tadi?”
“Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, ‘Ibu, Bapak pulang’, dan rasa letihku lenyap seketika,” ujar Pak Hamdan.
2. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna kata atau ungkapan.
Misalnya:

terpandai ‘paling’ pandai
retina ‘dinding mata sebelah dalam’
mengambil langkah seribu ‘lari pontang panting’
‘sombong, angkuh’
3. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, kata atau ungkapan bahasa daerah atau bahasa asing (Lihat pemakaian tanda kurung, Bab III, Huruf M)
Misalnya:

feed-back ‘balikan’
dress rehearsal ‘geladi bersih’
tadulako ‘panglima’

L. Tanda Kurung (( ))

1. Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya:

Anak itu tidak memiliki KTP (kartu tanda penduduk).
Dia tidak membawa SIM (surat izin mengemudi).
Catatan:

Dalam penulisan didahulukan bentuk lengkap setelah itu bentuk singkatnya.
Misalnya:

Saya sedang mengurus perpanjangan kartu tanda penduduk (KTP). KTP itu merupakan tanda pengenal dalam berbagai keperluan.
2. Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian utama kalimat.
Misalnya:

Sajak Tranggono yang berjudul “Ubud” (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962.
Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru pasar dalam negeri.
3. Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
Misalnya:

Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a).
Pejalan kaki itu berasal dari (Kota) Surabaya.
4. Tanda kurung dipakai untuk mengapit angka atau huruf yang memerinci urutan keterangan.
Misalnya:

Faktor produksi menyangkut masalah (a) bahan baku, (b) biaya produksi, dan (c) tenaga kerja.
Dia harus melengkapi berkas lamarannya dengan melampirkan (1) akta kelahiran, (2) ijazah terakhir, dan (3) surat keterangan kesehatan.
Catatan:

Tanda kurung tunggal dapat dipakai untuk mengiringi angka atau huruf yang menyatakan perincian yang disusun ke bawah.
Misalnya:

Kemarin kakak saya membeli
1) buku,
2) pensil, dan
3) tas sekolah.
Dia senang dengan mata pelajaran
a) fisika,
b) biologi, dan
c) kimia.

M. Tanda Kurung Siku ([ ])

1. Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.
Misalnya:

Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
Ia memberikan uang [kepada] anaknya.
Ulang tahun [hari kemerdekaan] Republik Indonesia jatuh pada hari Selasa.
2. Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
Misalnya:

Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35–38]) perlu dibentangkan di sini.

N. Tanda Garis Miring (/)

1. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim atau tahun ajaran.
Misalnya:

No. 7/PK/2008
Jalan Kramat III/10
tahun ajaran 2008/2009
2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap, dan ataupun.
Misalnya:

dikirimkan lewat darat/laut ‘dikirimkan lewat darat atau lewat laut’
harganya Rp1.500,00/lembar ‘harganya Rp1.500,00 tiap lembar’
tindakan penipuan dan/atau penganiayaan ‘tindakan penipuan dan penganiayaan, tindakan penipuan, atautindakan penganiayaan’
Catatan:

Tanda garis miring ganda (//) dapat digunakan untuk membatasi penggalan-penggalan dalam kalimat untuk memudahkan pembacaan naskah.

O. Tanda Penyingkat atau Apostrof (‘)

Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Dia ‘kan sudah kusurati. ('kan = bukan)
Malam ‘lah tiba. ('lah = telah)
1 Januari ’08 ('08 = 1988)

IV. PENULISAN UNSUR SERAPAN

Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari pelbagai bahasa, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing, seperti Sanskerta, Arab, Portugis, Belanda, Cina, dan Inggris. Berdasarkan taraf integrasinya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia dapat dibagi menjadi dua kelompok besar. Pertama, unsur asing yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti reshuffle, shuttle cock, dan de l’homme par l’homme. Unsur-unsur itu dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi cara pengucapan dan penulisannya masih mengikuti cara asing. Kedua, unsur asing yang penulisan dan pengucapannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal itu, diusahakan ejaannya disesuaikan dengan Pedoman Umum Pembentukan Istilah Edisi Ketiga agar bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.

Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu adalah sebagai berikut.

a (ain Arab dengan a) menjadi ‘a

asr asar
sa’ah saat
manfa’ah manfaat

‘ (ain Arab) di akhir suku kata menjadi k

ra’yah rakyat
ma’na makna
ruku’ rukuk

aa (Belanda) menjadi a

paal pal
baal bal
octaaf oktaf

ae tetap ae jika tidak bervariasi dengan e

aerobe aerob
aerodinamics aerodinamika

ae, jika bervariasi dengan e, menjadi e

haemoglobin hemoglobin
haematite hematit

ai tetap ai

trailer trailer
caisson kaison

au tetap au

audiogram audiogram
autotroph autotrof
tautomer tautomer
hydraulic hidraulik
caustic kaustik

c di muka a, u, o, dan konsonan menjadi k

calomel kalomel
construction konstruksi
cubic kubik
coup kup
classification klasifikasi
crystal kristal

c di muka e, i, oe, dan y menjadi s

central sentral
cent sen
cybernetics sibernetika
circulation sirkulasi
cylinder silinder
coelom selom

cc di muka o, u, dan konsonan menjadi k

accomodation akomodasi
acculturation akulturasi
acclimatization aklimatisasi
accumulation akumulasi
acclamation aklamasi

cc di muka e dan i menjadi ks

accent aksen
accessory aksesori
vaccine vaksin

cch dan ch di muka a, o, dan konsonan menjadi k

saccharin sakarin
charisma karisma
cholera kolera
chromosome kromosom
technique teknik

ch yang lafalnya s atau sy menjadi s

echelon eselon
machine mesin

ch yang lafalnya c menjadi c

chip cip
voucher vocer
China Cina

ck menjadi k

check cek
ticket tiket

ç (Sanskerta) menjadi s

çabda sabda
çastra sastra

d (Arab) menjadi d

darurat darurat
fardu fardu
hadir hadir

e tetap e

effect efek
description deskripsi
synthesis sintesis

ea tetap ea

idealist idealis
habeas habeas

ee (Belanda) menjadi e

stratosfeer stratosfer
systeem sistem

ei tetap ei

eicosane eikosan
eidetic eidetik
einsteinium einsteinium

eo tetap eo

stereo stereo
geometry geometri
zeolite zeolit

eu tetap eu

neutron neutron
eugenol eugenol
europium europium

f (Arab) menjadi f

faqīr fakir
mafhum mafhum
saf saf

f tetap f

fanatic fanatik
factor faktor
fossil fosil

gh menjadi g

sorghum sorgum

gue menjadi ge

igue ige
gigue gige

h (Arab) menjadi h

hakim hakim
tahmid tahmid
ruh roh

i pada awal suku kata di muka vokal tetap i

iambus iambus
ion ion
iota iota

ie (Belanda) menjadi i jika lafalnya i

politiek politik
riem rim

ie tetap ie jika lafalnya bukan i

variety varietas
patient pasien
efficient efisien

kh (Arab) tetap kh

khusus khusus
akhir akhir

ng tetap ng

contingent kontingen
congres kongres
linguistics linguistik

oe (oi Yunani) menjadi e

oestrogen estrogen
oenology enologi
foetus fetus

oo (Belanda) menjadi o

komfoor kompor
provoost provos

oo (Inggris) menjadi u

cartoon kartun
proof pruf
pool pul

oo (vokal ganda) tetap oo

zoology zoologi
coordination koordinasi

ou menjadi u jika lafalnya u

gouverneur gubernur
coupon kupon
contour kontur

ph menjadi f

phase fase
physiology fisiologi
spectograph spektograf

ps tetap ps

pseudo pseudo
psychiatry psikiatri
psychic psikis
psychosomatic psikosomatik

pt tetap pt

pterosaur pterosaur
pteridology pteridologi
ptyalin ptialin

q menjadi k

aquarium akuarium
frequency frekuensi
equator ekuator

q (Arab) menjadi k

qalbu kalbu
haqiqah hakikah
haqq hak

rh menjadi r

rhapsody rapsodi
rhombus rombus
rhythm ritme
rhetoric retorika

s (Arab) menjadi s

salj salju
asiri asiri
hadis hadis

s (Arab) menjadi s

subh subuh
musibah musibah
khusus khusus

sc di muka a, o, u, dan konsonan menjadi sk

scandium skandium
scotopia skotopia
scutella skutela
sclerosis sklerosis
scriptie skripsi

sc di muka e, i, dan y menjadi s

scenography senografi
scintillation sintilasi
scyphistoma sifistoma

sch di muka vokal menjadi sk

schema skema
schizophrenia skizofrenia
scholasticism skolastisisme

t di muka i menjadi s jika lafalnya s

ratio rasio
actie aksi
patient pasien

t (Arab) menjadi t

ta’ah taat
mutlaq mutlak
Lut Lut

th menjadi t

theocracy teokrasi
orthography ortografi
thiopental tiopental
thrombosis trombosis
methode (Belanda) metode

u tetap u

unit unit
nucleolus nukleolus
structure struktur
institute institut

ua tetap ua

dualisme dualisme
aquarium akuarium

ue tetap ue

suede sued
duet duet

ui tetap ui

equinox ekuinoks
conduite konduite

uo tetap uo

fluorescein fluoresein
quorum kuorum
quota kuota

uu menjadi u

prematuur prematur
vacuum vakum

v tetap v

vitamin vitamin
television televisi
cavalry kavaleri

w (Arab) tetap w

jadwal jadwal
marwa marwa
taqwa takwa

x pada awal kata tetap x

xanthate xantat
xenon xenon
xylophone xilofon

x pada posisi lain menjadi ks

executive eksekutif
taxi taksi
exudation eksudasi
latex lateks

xc di muka e dan i menjadi ks

exception eksepsi
excess ekses
excision eksisi
excitation eksitasi

xc di muka a, o, u, dan konsonan menjadi ksk

excavation ekskavasi
excommunication ekskomunikasi
excursive ekskursif
exclusive eksklusif

y tetap y jika lafalnya y

yakitori yakitori
yangonin yangonin
yen yen
yuan yuan

y menjadi i jika lafalnya i

yttrium itrium
dynamo dinamo
propyl propil
psychology psikologi

z tetap z

zenith zenit
zirconium zirkonium
zodiac zodiak
zygote zigot

z (Arab) menjadi z

zalim zalim
hafiz hafiz

Konsonan ganda menjadi tunggal, kecuali kalau dapat membingungkan.

Misalnya:

gabbro gabro
accu aki
effect efek
commission komisi
ferrum ferum
salfeggio salfegio
ummat umat
tammat tamat

Tetapi:

mass massa

Catatan:

1. Unsur serapan yang sudah lazim dieja sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia tidak perlu lagi diubah.
Misalnya:

bengkel, kabar, nalar, paham, perlu, sirsak
2. Sekalipun dalam ejaan yang disempurnakan huruf q dan x diterima sebagai bagian abjad bahasa Indonesia, unsur yang mengandung kedua huruf itu diindonesiakan menurut kaidah yang dipaparkan di atas. Kedua huruf itu dipergunakan dalam penggunaan tertentu saja, seperti dalam pembedaan nama dan istilah khusus.

Di samping pegangan untuk penulisan unsur serapan tersebut di atas, di bawah ini didaftarkan juga akhiran-akhiran asing serta penyesuaiannya dalam bahasa Indonesia. Akhiran itu diserap sebagai bagian kata yang utuh. Kata seperti standardisasi, efektif, dan implementasi diserap secara utuh di samping kata standar, efek, dan implemen.

-aat (Belanda) menjadi -at

advocaat advokat
-age menjadi -ase

percentage persentase
etalage etalase
-al (Inggris), -eel (Belanda), -aal (Belanda) menjadi -al

structural, structureel struktural
formal, formeel formal
normal, normaal normal
-ant menjadi -an

accountant akuntan
informant informan
-archy, -archie (Belanda) menjadi -arki

anarchy, anarchie anarki
oligarchy, oligarchie oligarki
-ary, -air (Belanda) menjadi -er

complementary, complementair komplementer
primary, primair primer
secondary, secundair sekunder
-(a)tion, -(a)tie (Belanda) menjadi -asi, -si

action, actie aksi
publication, publicatie publikasi
-eel (Belanda) menjadi -el

ideëel ideel
materieel materiel
moreel morel
-ein tetap -ein

casein kasein
protein protein
-i (Arab) tetap -i

haqiqi hakiki
insani insani
jasmani jasmani
-ic, -ics, -ique, -iek, -ica (Belanda) menjadi -ik, -ika

logic, logica logika
phonetics, phonetiek fonetik
physics, physica fisika
dialectics, dialektica dialektika
technique, techniek teknik
-ic, -isch (adjektiva Belanda) menjadi -ik

electronic, elektronisch elektronik
mechanic, mechanisch mekanik
ballistic, ballistisch balistik
-ical, -isch (Belanda) menjadi -is

economical, economisch ekonomis
practical, practisch praktis
logical, logisch logis
-ile, -iel menjadi -il

percentile, percentiel persentil
mobile, mobiel mobil
-ism, -isme (Belanda) menjadi -isme

modernism, modernisme modernisme
communism, communisme komunisme
-ist menjadi -is

publicist publisis
egoist egois
-ive, -ief (Belanda) menjadi -if

descriptive, descriptief deskriptif
demonstrative, demonstratief demonstratif
-iyyah, -iyyat (Arab) menjadi -iah

alamiyyah alamiah
aliyyah aliah
ilmiyyah ilmiah
-logue menjadi -log

catalogue catalog
dialogue dialog
-logy, -logie (Belanda) menjadi -logi

technology, technologie teknologi
physiology, physiologie fisiologi
analogy, analogie analogi
-loog (Belanda) menjadi -log

analoog analog
epiloog epilog
-oid, -oide (Belanda) menjadi -oid

hominoid, hominoide hominoid
anthropoid, anthropoide antropoid
-oir(e) menjadi -oar

trotoir trotoar
repertoire repertoar
-or, -eur (Belanda) menjadi -ur, -ir

director, directeur direktur
inspector, inspecteur inspektur
amateur amatir
formateur formatur
-or tetap -or

dictator diktator
corrector korektor
-ty, -teit (Belanda) menjadi -tas

university, universiteit universitas
quality, kwaliteit kualitas
-ure, -uur (Belanda) menjadi -ur

structure, struktuur struktur
premature, prematuur prematur
MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,
TTD
BAMBANG SUDIBYO

Salinan sesuai dengan aslinya
Biro Hukum dan Organisasi
Departemen Pendidikan Nasional,
Kepala Biro Hukum dan Organisasi,

Dr. Andi Pangerang Moenta, S.H., M.H., DFM.
NIP 196108281987031003

Sumber

Penulisan Gelar Akademik yang Baik dan Benar

Oleh: Dr. Warsiman, M.Pd.

Kendati hanya persoalan kecil, tetapi kebanyakan orang tidak memahami penulisan gelar yang benar. Penulisan gelar sejatinya tidaklah sesulit yang dibayangkan, tetapi juga tidak segampang yang sering dilakukan oleh kebanyakan orang.

Berdasarkan aturan kebahasaan, penulisan gelar termasuk kategori pemahaman tentang singkatan. Singkatan adalah kependekkan yang berupa huruf atau gabungan huruf, baik dilafalkan huruf demi huruf maupun dilafalkan sesuai dengan bentuk lengkapnya.  Selain itu, dalam buku pedoman umum ejaan yang disempurnakan (EYD), penulisan gelar juga   secara intens disinggung, bahkan disertai beberapa contoh penulisan yang benar. Namun demikian, masyarakat masih saja banyak yang belum memahami dengan baik teknik penulisan gelar yang benar.

Sekarang, marilah kita analisis tentang penulisan gelar ini, agar kita tidak lagi menemui kesulitan di kemudian hari.

Jika dianalisis kata per kata, penulisan gelar dapat dinalar melalui teori singkatan. Sebagai misal, penulisan gelar sarjana pendidikan, yang ditulis benar, Sarjana Pendidikan (S.Pd.), dan ditulis di belakang nama penyandang gelar. Huruf  “S“ pada kata sarjana, ditulis dengan huruf besar dan diakhiri dengan tanda titik, merupakan satu kata. Kemudian, huruf  “P” ditulis dengan huruf besar, tetapi huruf  “D”  ditulis dengan huruf kecil dan diakhiri dengan tanda titik. Huruf  “D”  ditulis dengan huruf kecil karena posisinya sebagai bagian dari rangkaian satu kata dengan huruf “P” yang merupakan kepanjangan dari kata “pendidikan”. Demikian pula singkatan-singkatan gelar lain yang sejenis dengan contoh tersebut, juga akan mengalami proses kebahasaan yang sama.

Lain halnya dengan singkatan pada gelar yang tanpa menyertakan huruf peluncur sebagai bagian dari rangkaian satu kata. Sebagai misal, penulisan gelar sarjana hukum, sarjana ekonomi, dan sarjana pertanian. Jika disingkat, ketiga contoh gelar tersebut hanya terdiri dari huruf awal, dan tanpa menyertakan huruf peluncur yang merupakan bagian dari rangkaian kata, sehingga penulisannya pun terdiri atas huruf per huruf serta masing-masing ditandai dengan tanda baca titik. Dengan demikian, penulisan gelar sarjana hukum, ditulis di belakang nama penyandang gelar dengan singkatan: S.H., sarjana ekonomi ditulis S.E., dan sarjana  pertanian ditulis S.P.. Penulisan-penulisan gelar lain yang sejenis dengan contoh tersebut, dan yang hanya terdiri dari dua huruf atau lebih tanpa disertai dengan huruf peluncur sebagai bagian dari rangkaian kata, harus mengikuti pola penulisan tersebut.

Berikut ini contoh-contoh penulisan gelar yang benar.

Gelar Sarjana

S.Ag. (Sarjana Agama)

S.Pd. (Sarjana Pendidikan)

S.Si.  (Sarjana Sains)

S.Psi. (Sarjana Psikologi)

S.Hum. (Sarjana Humaniora)

S.Kom. (Sarjana Komputer)

S.Sn. (Sarjana Seni)

S.Pt. (Sarjana Peternakan)

S.Ked. (Sarjana Kedokteran)

S.Th.I. (Sarjana Theologi Islam)

S.Kes. (Sarjana Kesehatan)

S.Sos. (Sarjana Sosial)

S.Kar. (Sarjana Karawitan)

S.Fhil. (Sarjana Fhilsafat)

S.T. (Sarjana Teknik)

S.P. (Sarjana Pertanian)

S.S. (Sarjana Sastra)

S.H. (Sarjana Hukum)

S.E. (Sarjana Ekonomi)

S.Th.K. (Sarjana Theologi Kristen)             

S.I.P. (Sarjana Ilmu Politik)

S.K.M. (Sarjana Kesehatan Masyarakat)

S.H.I. (Sarjana Hukum Islam)

S.Sos.I. (Sarjana Sosial Islam)

S.Fil.I. (Sarjana Filsafat Islam)

S.Pd.I. (Sarjana Pendidikan Islam), dsb.

Gelar Magister

M.Ag. (Magister Agama)

M.Pd. (Magister Pendidikan)

M.Si. (Magister Sains)

M.Psi. (Magister Psikologi)

M.Hum. (Magister Humaniora)

M.Kom. (Magister Komputer)

M.Sn. (Magister Seni)

M.T. (Magister Teknik)

M.H. (Magister Hukum)

M.M. (Magister Manajemen)

M.Kes. (Magister Kesehatan)

M.P. (Magister Pertanian)

M.Fhil. (Magister Fhilsafat)

M.E. (Magister Ekonomi)

M.H.I. (Magister Hukum Islam)

M.Fil.I. (Magister Filsafat Islam)

M.E.I. (Magister Ekonomi Islam)

M.Pd.I. (Magister Pendidikan Islam), dsb.

S.Th.K. (Sarjana Theologi Kristen)

Gelar Sarjana Muda Luar Negeri

B.A. (Bechelor of Arts)

B.Sc. (Bechelor of Science)

B.Ag. (Bechelor of Agriculture)

B.E. (Bechelor of Education)

B.D. (Bechleor of Divinity)

B.Litt. (Bechelor of Literature)

B.M. (Bechelor of Medicine)

B.Arch. (Bechelor of Architrcture), dsb.

Gelar Master Luar Negeri

M.A. (Master of Arts)

M.Sc. (Master of Science)

M.Ed. (Master of Education)

M.Litt. (Master of Literature)

M.Lib. (Master of Library)

M.Arch. (Master of Architecture)

M.Mus. (Master of Music)

M.Nurs. (Master of Nursing)

M.Th. (Master of  Theology)

M.Eng. (Master of Engineering)

M.B.A. (Master of Business Administration)

M.F. (Master of Forestry)

M.F.A. (Master of Fine Arts)

M.R.E. (Master of Religious Ediucation)

M.S. (Mater of Science)

M.P.H. (Master of Public Health), dsb.

Gelar Doktor Dalam Negeri

Penulisan gelar doktor dalam negeri pun sering tidak dipahami dengan benar oleh kebanyakan orang, padahal jika kita mampu menganalisis, tidaklah sulit untuk dapat menemukan jawabannya.

Penulisan gelar doktor dalam negeri sama dengan penulisan gelar-gelar yang lain. Karena huruf  “D” dan “R” merupakan rangkaian satu kata, maka penulisan gelar doktor yang benar adalah: Dr. (Doktor), dan ditulis di depan nama penyandang gelar. Huruf  “D” ditulis dengan huruf besar, dan huruf “R” ditulis dengan huruf kecil, dan diakhiri dengan tanda titik pula.

Selain itu, di Indonesia juga memberlakukan sebutan profesional untuk program diploma. Aturan main penulisan sebutan profesional dalam negeri untuk program diploma ditulis di belakang nama penyandang sebutan profesional tersebut. Perhatikan beberapa sebutan profesional program diploma dalam negeri sebagai berikut.

Program diploma satu (D1) sebutan profesional ahli pratama, disingkat (A.P.);

Program diploma dua (D2) sebutan profesional ahli muda, disingkat (A.Ma.);

Program diploma tiga (D3) sebutan profesional ahli madya, disingkat (A.Md.); dan

Program diploma empat (D4) sebutan profesional ahli, disingkat (A.).

Akhir-akhir ini sebutan profesional untuk program diploma, sebagaimana yang tertera itu, cenderung diikuti oleh ilmu keahlian yang dimiliki. Sebagai misal, sebutan profesional untuk ahli muda kependidikan disingkat A.Ma.Pd., ahli madya keperawatan disingkat A.Md.Per., ahli madya kesehatan disingkat A.Md.Kes., ahli madya kebidanan disingkat A.Md.Bid., dan ahli madya pariwisata disingkat A.Md.Par.

Selanjutnya, banyak orang bertanya-tanya tentang beberapa gelar doktor luar negeri yang tidak mereka pahami maksudnya, juga tidak mereka ketahui cara penulisannya, sehingga banyak diantara mereka hanya dapat memperkirakan maksud, dan demikian pula cara penulisannya. Karena berdasarkan perkiraan belaka, maka banyak diantara mereka salah menebak maksud serta cara penulisannya.

Penulisan gelar doktor, master, dan sarjana muda dari luar negeri, ditulis di belakang nama penyandang gelar. Sebagaimana penulisan gelar-gelar dalam negeri, penulisan gelar dari luar negeri pun sama. Untuk dapat memahami penulisan yang benar, kita perlu menganalisis kata per kata sebagaimana cara menganalisis kata per kata pada penulisan gelar dalam negeri. Sebagai misal, gelar doctor of philosophy, yang ditulis benar [Ph.D.]. Huruf “P” ditulis dengan huruf besar, tetapi huruf “H” ditulis dengan huruf kecil, dan diakhiri dengan tanda titik. Huruf “H” ditulis dengan huruf kecil karena posisinya sebagai bagian dari rangkaian satu kata dengan huruf “P” yang merupakan kepanjangan dari kata philosophy, sedangkan huruf “D” ditulis dengan huruf besar sebagai singkatan dari kata doctor, dan diakhiri dengan tanda titik.

Perhatikan beberapa gelar doktor luar negeri yang sering kita jumpai di Indonesia, dan contoh penulisannya:

Ph.D. (Doctor of Philosophy);   =>  Muhammad Syauqi, Ph.D.

Ed.D. (Doctor of Education);  =>  Muhammad Syauqi, Ed.D.

Sc.D. (Doctor of Science);  =>  Muhammad Syauqi, Sc.D.

Th.D. (Doctor of Theology);  =>  Muhammad Syauqi, Th.D.

Pharm.D. (Doctor of Pharmacy);  =>  Muhammad Syauqi, Pharm.D.

D.P.H. (Doctor of Public Health);   =>   Muhammad Syauqi, D.P.H.

D.L.S. (Doctor of Library Science);    =>  Muhammad Syauqi, D.L.S.

D.M.D. (Doctor of Dental Medicince);   =>   Muhammad Syauqi, D.M.D.

J.S.D. (Doctor of Science of Jurisprudence). => Muhammad Syauqi, J.S.D., dsb.

Tambahan lagi, penulisan gelar ganda yang kedua gelar tersebut berada di belakang nama penyandang gelar, juga perlu memperhatikan teknik penulisan yang benar. Bahwasanya, selama ini kita sering menjumpai bahkan mungkin, menjadi pelaku sendiri penulisan gelar ganda yang tidak memperhatikan tata cara penulisan yang benar.

Tenik penulisan gelar ganda yang kedua-duanya berada di belakang nama penyandang gelar, banyak terkait dengan penggunaan tanda baca koma (,). Penulisan yang benar adalah setelah nama (penyandang gelar), dibubuhkan tanda koma (,) kemudian diikuti gelar yang pertama, ditulis dengan teknik penulisan yang benar, lalu dibubuhkan tanda koma untuk penulisan gelar yang kedua, dan seterusnya (jika ada gelar-gelar yang lain). Perhatikan beberapa contoh penulisan gelar ganda di bawah ini:

Muhammad Tamim Aufa, S.Ag., S.H.

Muhammad Tamim Aufa, S.Pd., S.S.

Muhammad Tamim Aufa, S.Hum., S.Pd.I.

Jika penyandang gelar memiliki gelar lebih dari dua gelar, dan semuanya berada di belakang nama penyandang gelar, teknik penulisannya pun sama. Perhatikan pula beberapa contoh penulisan gelar yang lebih dari dua gelar di belakang nama penyandang gelar.

Muhammad Tamim Aufa, S.S., M.Hum., M.Pd.

Muhammad Tamim Aufa, S.Pd., S.S., M.Ed.

Muhammad Tamim Aufa, S.Ag., M.E.I., Ph.D.

Penulisan gelar dengan mengikuti nama penyandang gelar yang ditulis dengan huruf balok (kapital), gelar tetap ditulis sesuai dengan penulisan gelar yang benar. Jika gelar tersebut terdapat huruf peluncur sebagai bagian dari rangkaian satu kata, sebagai misal, gelar S.Ag., S.Pd., S.Pt., huruf g, d, dan t yang posisinya sebagai huruf peluncur dari rangkaian satu kata, tidak ditulis dengan huruf besar. Perhatikan beberapa contoh di bawah ini:

Ditulis Benar                          Ditulis Salah                       Juga Ditulis Salah

M. Syauqi, S.Pd.                   M. SYAUQI, S.PD.                    M. SYAUQI, S.Pd.

M. Syauqi, S.Ag.                   M. SYAUQI, S.AG.                   M. SYAUQI, S.Ag.

M. Tamim Aufa, S.Pt.         M. TAMIM AUFA, S.PT.        M. TAMIM AUFA, S.Pt.

Di dalam aturan kebahasaan, nama orang tidak dibenarkan ditulis dengan huruf balok (kapital), kecuali untuk kepentingan tertentu. Jika ditulis, huruf balok (kapital) hanya dibenarkan ditulis pada awal kata nama orang. Karena itu, penulisan gelar dengan mengikuti nama penyandang gelar yang sama-sama ditulis menggunakan huruf balok, tidak hanya salah, tetapi sudah salah kaprah.

Sumber

Jendela Rumah Sakit

Dua orang yang mempunyai penyakit serius menempati kamar yang sama di rumah sakit.

Pasien yang satu, setiap siang hari dibolehkan duduk selama satu jam supaya cairan yang ada di paru-parunya cepat hilang dan tempat tidurnya terletak di sebelah jendela satu-satunya di kamar itu.Sedang

Pasien yang satunya lagi hanya dapat berbaring di atas punggungnya setiap hari.

Kedua orang ini berbicara tentang istri, keluarga, rumah tangga, pekerjaan dan keterlibatan mereka dalam tugas-tugas militer.

Setiap siang, ketika pasien yang dekat jendela duduk, ia menghabiskan waktunya bercerita kepada teman sekamarnya tentang semua yang ia lihat dari balik jendela.

Teman sekamarnya selama satu jam hidup dalam dunia yang lebih luas. Kegiatan dan warna dunia luar membuatnya lebih bergairah hidup.

Jendela itu menghadap ke taman yang di dalamnya ada telaga yang indah.
Angsa dan itik bermainan di atas air sementara anak-anak melayarkan kapal-kapal mainannya. Sepasang kekasih jalan bergandeng tangan di antara bunga-bunga yang berwarna-warni seperti pelangi.
Pohon tua yang besar menambah indahnya pemandangan.
Garis bayangan kota terlihat di kejauhan. Setiap kali pasien yang di dekat jendela menjelaskan semuanya secara indah dan rinci, teman sekamarnya memejamkan mata membayangkan pemandangan itu.

Suatu siang yang hangat, pasien yang di dekat jendela menceritakan parade yang lewat.
Meskipun teman sekamarnya sama sekali tidak mendengar suara drum band, tapi ia dapat melihat parade itu dalam pikirannya karena temannya menggambarkannya dengan jelas.

Hari berganti minggu, minggu berganti bulan.

Suatu pagi, perawat yang datang membawakan air untuk mandi mereka mendapati tubuh pasien dekat jendela sudah tidak bernyawa.

Ia meninggal dengan penuh kedamaian dalam tidurnya.
Perawat yang selama ini telah merawatnya merasa sedih.
Ia memanggil karyawan rumah sakit untuk memindahkan mayat itu.

Setelah menganggap layak waktunya, pasien yang lain bertanya apakah ia boleh pindah ke dekat jendela.
Perawat tidak keberatan dengan pergantian tempat ini.
Setelah merasa bahwa sang pasien telah berbaring dengan nyaman di sebelah jendela, sang perawat pergi meninggalkannya sendiri.
Perlahan-lahan dengan menahan sakit, pasien itu menggunakan sikunya agar tubuhnya naik dan dapat melongok ke jendela.
Akhirnya ia bakal melihat pemandangan indah itu dengan mata kepalanya sendiri.

Ia tegangkan badannya lalu perlahan-lahan berputar untuk melihat ke jendela.
Betapa kagetnya ketika ia mengetahui bahwa di balik jendela itu hanya tembok belaka.
Si pasien lalu menceritakan kejadian yang dialaminya kepada perawat.

“Apa gerangan yang membuat teman sekamarku berbuat demikian?” Tanya si pasien kepada perawat.

“Lelaki itu sesungguhnya buta, tembok yang ada di seberang jendela itu pun tak dapat dilihatnya.” Jelas si perawat.

“Mungkin ia ingin membesarkan hatimu…….!!!”

Sumber

Membaca Karakter Melalui Tulisan Tangan

Saat kita menulis sebenarnya tangan kita hanya sebagai alat untuk memegang pena. Gaya tulisan kita itu berasal dari pikiran bawah sadar kita. Maka bisa dikatakan bahwa tulisan bisa mengungkapkan berbagai perasaan emosi si penulisnya. Tentu saja untuk mengetahuinya tidak sembarangan, ada ilmu membaca rahasia di balik tulisan tangan atau yang disebut dengan graphology. Ambil pulpenmu dan tuliskan sesuatu yang mana yah kira-kira karaktermu? Berikut penjelasan secara garis besarnya.

Tekanan
Dari kuat atau ringannya tekanan tulisan seseorang kita dapat mengetahui karakter orang tersebut. Bisa kamu perhatikan dengan memperhatikan bekas goresan di balik kertas.

Tekanan yang kuat:
Orang yang tulisannya tebal hingga menimbulkan bekas coretan dibalik kertas biasanya mereka memiliki emosional yang tinggi. Terlalu mendalami perasaan mereka baik itu bahagia atau sakit hati. Mereka menyerap segala suatu seperti spon. Biasanya mereka juga memiliki selera yang tinggi. Tegas dan memiliki keinginan yang kuat bahkan cenderung memaksakan orang lain untuk menuruti kemauan meraka. Makanya tak jarang orang yang memiliki tekanan tulisan seperti ini biasanya kaku susah menyesuaikan diri dalam pergaulan.

Tekanan yang ringan:
Tulisan yang memiliki tekanan halus mencerminkan kepribadian yang tenang dan santai. Mereka lebih bertoleransi pengertian sulit mengambil keputusan dan biasanya mudah terpengaruh

Ukuran

Tulisan besar:
Orang yang menulis dengan ukuran tulisan yang besar biasanya cenderung suka diperhatikan, selalu ingin tampil di depan dan ingin didengarkan.

Tulisan kecil:
Orang yang menulis dengan ukuran kecil biasanya lebih memperhatikan detail introspektif, cenderung lebih pendiam dan mandiri.

Kemiringan

Miring ke kanan:
Orang dengan tulisan seperti ini biasanya memiliki karakter yang impulsif, emosional, aktif, suka bergaul, ramah, menyukai tantangan, lebih terbuka (ekstrovert) dan ekspresif.

Miring ke kiri:
Jenis tulisan seperti ini biasanya penulisnya bersikap menutup diri (introvert). Lebih protektif selalu berpikir logis dan mencerminkan sifat seseorang yang lebih menarik diri.

Tegak lurus:
Orang yang memiliki tulisan tegak lurus mencerminkan seseorang yang bisa mengontrol diri dan bisa menahan diri.

Sumber

Mengapa Dibaca “Min Qablu” dan “Min Ba’du?”

Pertanyaan Dari:
Asfari Mukri, NBM. 643874
Pimpinan Ranting Muhammadiyah Kradenan Pekalongan Jawa Tengah
(disidangkan pada Jum’at, 6 Rabiul Awwal 1429 H / 14 Maret 2008 M)
Pertanyaan:
Assalamu ’alaikum Wr. Wb.
Bersama ini kami dari Jama’ah Majelis Ta’lim Masjid Al-Amin Pimpinan Ranting Muhammadiyah Kradenan Pekalongan, bermaksud mengajukan pertanyaan kepada Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah sebagai berikut:
Sepanjang pengetahuan kami, bahwa al-Qur’an itu berbahasa Arab. Dalam bahasa Arab, kita kenal bahwa huruf مِنْ termasuk harfu jar, sehingga isim sesudahnya harus dibaca kasrah (majrur). Namun kami menjumpai bacaan dalam al-Qur’an:
1.      Surat al-Baqarah (2): 91, terdapat bacaan: مِنْ قَبْلُ
2.      Surat al-Anfal (8): 75, terdapat bacaan: مِنْ بَعْدُ
Sehubungan hal tersebut, kami mohon jawaban/penjelasan seperlunya. Sekian, atas perhatiannya diucapkan banyak terima kasih.
Wassalamu ’alaikum Wr. Wb.
Jawaban:
Sebelum menjawab pertanyaan saudara, kami jelaskan lebih dahulu beberapa hal yang erat kaitannya dengan apa yang saudara tanyakan.
Isim (kata benda), dibagi menjadi dua macam:
a.       Isim mu’rab, yaitu kata benda yang bunyi huruf akhirnya dapat berubah-ubah sesuai dengan kedudukannya dalam kalimat, seperti:
–          جَاءَ زَيْدٌ (Zaid datang). Kata Zaid berkedudukan sebagai fa’il (subjek/pelaku).
–          رَأَيْتُ زَيْدًا (Saya melihat Zaid). Kata Zaid berkedudukan sebagai maf’ul bih (objek).
–          مَرَرْتُ بِزَيْدٍ (Saya melewati Zaid). Kata Zaid majrur (dijar; dibaca kasrah) karena didahului huruf jar, yaitu بِ.
Kata Zaid termasuk isim mu’rab, karena bunyi huruf akhir د (dal) dapat berubah.
b.      Isim mabni, yaitu kata benda yang bunyi huruf akhirnya tetap, tidak berubah. Kata قَبْلُ (qablu) dan بَعْدُ (ba’du), termasuk ظَرْف (isim yang menunjukkan makna tempat atau keadaan).
Kedua kata tersebut, jika tidak disebutkan مضاف إليه (mudlaf ilaih)-nya (kata yang disandari, yaitu kata sesudahnya), sedang maknanya tersirat, maka kedua kata tersebut adalah mabni (huruf terakhir tidak berubah), sekalipun didahului huruf jar. Misalnya: مَا رَأَيْتُ مِثْلَ هَذَا الْكِتَابِ مِنْ قَبْلُ . Yang dimaksudkannya ialah مِنْ قَبْلِ رُؤْيَتِهِ. Karena kata رُؤْيَتِهِ (mudlaf ilaih) tidak disebutkan, maka kata قَبْلُ adalah mabni, yakni bunyi huruf akhir, yaitu huruf ل (lam) tidak berubah, tetap didlammah.
Tetapi jika mudlaf ilaih-nya disebutkan dengan jelas, maka kata قَبْلُ menjadi mu’rab (huruf akhir berubah). Misalnya:  مَا رَأَيْتُ مِثْلَ هَذَا الْكِتَابِ مِنْ قَبْلِ رُؤْيَتِهِ . Huruf akhir dari kata قَبْلِ dikasrah karena didahului huruf jar, yaitu مِنْ (min).
Para ahli nahwu menamakan bentuk seperti itu dengan istilah غَايَةُ اْلغَايَاتِ (batas penghabisan), karena sesudahnya tidak ada kata lain, karena mudlaf ilaihnya tidak disebutkan. Bentuk seperti itu banyak disebutkan dalam al-Qur’an, antara lain:

فِي بِضْعِ سِنِينَ لِلَّهِ اْلأَمْرُ مِنْ قَبْلُ وَمِنْ بَعْدُ وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ. [الروم، 30: 4]

Artinya: “Dalam beberapa tahun lagi. Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang), dan di hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman.” [QS. ar-Rum (30): 4]
Yang dimaksudkan denganمِنْ قَبْلُ  dan مِنْ بَعْدُ pada ayat tersebut adalah: مِنْ قَبْلِ الْغَلَبِ وَمِنْ بَعْدِهِ , artinya: sebelum kemenangan dan sesudahnya.”
Wallahu a’lam bish-shawab.

Tim Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Tips Menjawab Pertanyaan Saat Wawancara Kerja

Mencari pekerjaan tidaklah mudah, baik itu dari referensi teman atau iklan lowongan kerja. Namun jangan mudah menyerah begitu saja. Segala sesuatu yang dilakukan dengan optimis, akan membuahkan hasil yang baik, salah satunya saat tahap wawancara.

 

Wawancara kerja selalu menjadi salah satu bagian yang menegangkan bagi calon karyawan. Seperti dilansir How To Do Things, berikut tujuh tips menjawab pertanyaan yang diajukan saat melakukan wawancara kerja.

1. Jujur
Kejujuran merupakan hal yang sangat penting saat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh HRD dalam melakukan wawancara kerja. Inilah langkah pertama bagi Anda untuk menunjukkan kepada perusahaan siapa diri Anda sebenarnya. Pastikan Anda menjawab segala pertanyaan dengan jujur, terpercaya dan bijak.

2. Bersikap Positif
Apapun pertanyaan yang diajukan oleh pihak HRD, jawab semua pertanyaannya dengan optimis dan antusias. Dengan begitu dapat menunjukkan bahwa Anda memang niat dan bersemangat untuk bekerja di perusahaan tersebut.

3. Tekankan Keterampilan dan Kemampuan Anda
Jika sebelumnya Anda pernah bekerja dalam bidang pekerjaan yang sama, dengan menunjukkan kemajuan dan pencapaian yang sudah didapat selama ini bisa menjadi referensi agar Anda diterima di perusahaan yang Anda lamar. Selain itu, Anda juga perlu menunjukkan keterampilan dan kemampuan yang dimiliki sehingga nantinya dapat dipertimbangkan di perusahaan tersebut.

4. Menjelaskan Pendidikan
Jelaskanlah jalur pendidikan maupun pelatihan yang Anda ambil selama ini. Jika Anda telah menghadiri seminar atau pelatihan yang mendukung pekerjaan Anda, jelaskan secara spesifik.

5. Sebut Motivator Anda
Jika bos atau manajer di kantor yang lama merupakan salah satu motivator besar Anda, ada baiknya jika disebutkan. Hal ini dapat mencerminkan sisi positif Anda pada saat diwawancara.

6. Hindari Pembicaraan Masalah Pribadi
Dalam melakukan wawancara kerja dengan HRD, hindari berbicara tentang apapun masalah pribadi Anda dengan pekerjaan di tempat yang sebelumnya. Apabila masalah yang dialami diketahui oleh pihak perusahaan baru, maka pihak HRD yang mewawancarai Anda akan berasumsi bahwa Anda dapat memiliki masalah yang sama dengan rekan sekerja atau manajer di perusahaan baru nantinya.

7. Terbuka dan Ramah
Ada baiknya jika Anda menjadi seorang yang terbuka dan ramah. Dengan bersikap ramah, Anda juga akan terlihat sebagai orang yang menyenangkan.

Sumber